JAKARTA, JMI -- Probe Badan Antariksa Amerika (NASA) seberat 25 kilogram berhenti berkomunikasi dengan tim yang menanganinya pada Senin (4/7/2022). Komunikasi ini terhenti tak lama setelah berhasil lepas dari pesawat ruang angkasa Foton Rocket Lab dan memulai perjalanan panjangnya ke bulan.
“Tim pesawat ruang angkasa saat ini sedang bekerja untuk
memahami penyebabnya dan membangun kembali kontak. Tim memiliki data lintasan
yang baik untuk pesawat ruang angkasa berdasarkan stasiun darat penuh dan
sebagian kedua yang melewati Deep Space Network,” kata juru bicara NASA Sarah
Frazier menulis dalam pernyataan yang dikirim melalui email pada Selasa
(5/7/2022), dilansir dari Space, Rabu (6/7/2022).
Probe Cislunar
Autonomous Positioning System Technology Operations and Navigation Experiment
(CAPSTONE) diluncurkan di atas pendorong Rocket Lab Electron pada 28 Juni dan
menghabiskan hampir satu pekan di orbit Bumi. CAPSTONE berputar semakin jauh
dari planet kita melalui pembakaran mesin Foton sesekali.
Misi tersebut mencatat dua tonggak besar
kemarin: The Photon menembakkan mesinnya untuk terakhir kalinya, mempercepat CAPSTONE keluar
dari orbit Bumi dan menuju ke bulan. Tak lama kemudian, cubesat seukuran
oven microwave berhasil dipisahkan dari bus pesawat ruang angkasa dan mulai
terbang bebas.
Jika semuanya berjalan sesuai rencana,
CAPSTONE akan menempuh rute yang panjang dan berputar ke bulan, akhirnya
meluncur ke orbit lingkaran yang hampir bujursangkat di sekitar satelit alami
Bumi pada 13 November. Tujuan utama misi ini adalah menguji stabilitas orbit
yang sangat elips ini, yang telah dipilih NASA untuk stasiun luar angkasa
Gateway, bagian penting dari program eksplorasi bulan Artemis badan
tersebut.
CAPSTONE juga akan melakukan beberapa tes
navigasi dalam komunikasi selama berada di orbit bulan, uji coba terakhir
dilakukan bersama dengan Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, yang telah
mengelilingi bulan sejak 2009.
Namun, tim CAPSTONE harus memecahkan masalah
komunikasi ini agar misi bisa dijalankan dengan baik. Tim itu dipimpin oleh
perusahaan yang berbasis di Colorado, Advanced Space, yang mengoperasikan misi
di bawah kontrak 20 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 300,4 miliar) yang
diberikan NASA pada 2019.
Sumber : Republika
0 komentar :
Posting Komentar