WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang Kabur dan Mundur via Email


JAKARTA, JMI
 --  Presiden Gotabaya Rajapaksa telah menyatakan pengunduran diri setelah kabur dari Sri Lanka ke Maladewa pada Rabu (13/7), meninggalkan negaranya yang sedang dilanda krisis.

Setelah mendarat di Singapura, Rajapaksa dikabarkan langsung menyatakan mundur secara lisan via telepon kepada ketua parlemen Sri Lanka. Ia juga telah mengirim surat pengunduran dirinya via email. Namun, parlemen Sri Lanka masih harus mengesahkan surat dan meresmikan pengunduran diri Rajapaksa.

"Keaslian dan legalitas email (surel) harus diperiksa sebelum diterima secara resmi," kata juru bicara Ketua Parlemen Sri Lanka, Indunil Yapa, kepada AFP.

Parlemen Sri Lanka dijadwalkan meresmikan pengunduran diri Rajapaksa sebagai presiden hari ini, Jumat (15/7).

Jika terkonfirmasi, Rajapaksa akan menjadi presiden Sri Lanka pertama yang mengundurkan diri sejak negara Asia Selatan itu mengadopsi sitem pemerintahan presidensial pada 1978.

Rajapaksa sempat diungsikan ke pangkalan angkatan laut dan mencoba kabur menggunakan pesawat komersial pada pekan lalu setelah rumahnya digeruduk massa yang mengamuk ingin dia segera mundur.

Namun, petugas imigrasi di bandara mencegatnya. Hingga akhirnya, militer Sri Lanka menyediakan pesawat untuk menerbangkan Gotabaya ke Maladewa.

Kepergian Gotabaya dianggap sebagai simbol keruntuhan dinasti Rajapaksa di Sri Lanka. Keluarga Gotabaya memang sudah berpuluh tahun menguasai negara itu.

Gotabaya merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara. Ayahnya, D.A. Rajapaksa, merupakan bagian dari keluarga Buddha Sinhala dan menjabat sebagai anggota parlemen Sri Lanka pada 1947-1965.

Ia sempat menempuh pendidikan di Kolese Ananda di Kolombo, sebelum masuk ke militer Sri Lanka pada 1971. Ia juga meraih gelar magister ilmu pertahanan di Universitas Madras pada 1983.

Pada 1992, Gotabaya meraih gelar magister dalam bidang teknologi informasi di Universitas Kolombo dan bekerja di firma IT Kolombo.

Pada 1998, ia meninggalkan Sri Lanka dan menetap di Amerika Serikat. Selama di AS, dia bekerja sebagai pekerja IT di Sekolah Hukum Loyola di Los Angeles.

Gotabaya menjadi warga AS pada 2003 dan kehilangan kewarganegaraannya di Sri Lanka.

Pada 2005, Gotabaya kembali ke Sri Lanka untuk mendukung kampanye presiden saudaranya, Mahinda Rajapaksa.

Mahinda kemudian berhasil menjadi presiden dan menunjuk Gotabaya sebagai menteri pertahanan Sri Lanka.

Saat menjabat sebagai menteri pertahanan, Gotabaya dipuji karena berhasil meningkatkan kemampuan militer dan tindakan kerasnya untuk menyelesaikan perang sipil pada 2009.

Namun, sekitar 40 ribu orang Tamil, suku yang memberontak pemerintah, tewas dalam bulan-bulan terakhir perang berlangsung.

Bukti yang muncul beberapa tahun setelahnya mengungkapkan banyak terjadi kekejaman dalam bulan-bulan terakhir perang berlangsung.

Kekejaman itu termasuk penyiksaan, penembakan tanpa pandang bulu, dan pembunuhan warga sipil tanpa proses pengadilan. Gotabaya dipercaya bertanggung jawab atas banyak kejahatan tersebut.

Namun, Gotabaya menyangkal tudingan yang menyatakan bahwa ia merupakan dalang di balik pembantaian tersebut.

Pada 2019, Gotabaya Rajapaksa diusung menjadi salah satu kandidat dari partai Sri Lanka Podujana Peramuna (SLPP). Ia lalu memenangkan pemilihan presiden pada tahun itu.

Gotabaya kemudian menunjuk Mahinda sebagai perdana menteri.

Sebagaimana dilansir AFP, Gotabaya sebenarnya tak memiliki karisma sebesar Mahinda. Ia bahkan sering dijuluki "Terminator" oleh kalangan keluarganya sendiri karena sangat mudah marah.

Pemerintahan Gotabaya dan Mahinda pun tak mulus. Di bawah kepemimpinan mereka, Sri Lanka terperosok ke dalam jurang krisis.

Di tengah desakan warga, Mahinda akhirnya mundur pada Mei lalu. Gotabaya kemudian menyusul pada hari ini.

 

Sumber : CNN Indonesia

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Puluhan Pengacara Bakal Layangkan Somasi Atas Pelayanan Buruk RS Hamori Terhadap Pasien Korban Amuk Massa Ormas

Subang JMI – Seorang pasien di Rumah Sakit (RS) Hamori Kabupaten Subang mengeluhkan pelayanan saat menjalani perawatan selama beberapa ha...