WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Inilah Sebab Manusia Tidak Bisa Kendalikan Petir Seperti Thor Di Film Marvel


JAKARTA, JMI
--  Sambaran petir menjadi fenomena alam yang dekat dengan manusia. Biasanya, petir muncul di antara hujan deras dan diiringi suara yang menggelegar. 

Karena memiliki energy yang tak terbatas, petir menjadi senjata dari salah satu tokoh pahlawan Marvel, Thor. Sebagai informasi, Thor adalah anak dari Odin dan Frigga yang berasal dari Asgard.

Thor adalah pelindung dari Asgard atau dunia para dewa, sedangkan Midgard dunia bagi manusia.

Saat melakukan tugasnya, Thor dimodali sebuah palu bernama Mjollnir, yang bisa mengotrol petir dan mengubahnya menjadi senjata.

Dalam kisah Marvel Universe, Thor diperankan aktor Chris Hemsworth dan kini sudah memasuki seri Thor Love and Thunder. Pada sinema keempatnya, Thor harus melawan Gorr the God Butcher yang diperankan Christian Bale.

Dalam film ini tokoh utama ditemani dengan peran pendukung yaitu aktris Natalie Portman yang berperan sebagai Jane Foster, kekasih Thor. Berbeda dari film sebelumnya, Jane kali ini bisa mengendalikan petir seperti yang dilakukan Thor.

Melihat kisah Thor, muncul pertanyaan apakah manusia bisa mengendalikan petir?

Petir tergolong fenomena alam yang sangat berbahaya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghindarinya antara lain menjauh dari area terbuka, namun jangan berteduh di bawah pohon.

Dalam kondisi berenang, Anda disarankan untuk segera keluar dari air. Petir mungkin telrihat jauh tetapi sambarannya bisa menjangkau lebih dari 32 kilometer.

Para ilmuwan Eropa sebelumnya telah melakukan beberapa eksperimen yang mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Mereka mencoba menembakkan laser bertenaga tinggi ke arah badai.

Pada saat tes berlangsung mereka menghitung aktivitas elektrik di awan, setelah menembakkan laser. Berdasarkan hasil analisa statistik, tembakkan laser benar-benar memicu aktivitas listrik di awan badai.

Hasil tembakkan laser itu menyebabkan pelepasan lokal kecil yang terletak di posisi saluran plasma. Tetapi sayangnya, tim ilmuwan tidak bisa menghasilkan saluran plasma yang cukup lama untuk memunculkan petir ke arah permukaan Bumi.

Saluran plasma hilang sebelum petir bisa berjalan lebih dari beberapa meter. Tetapi tim ilmuwan berencana meningkatkan tembakan laser 10 faktor dan menggunakan rentetan detak untuk menghasilkan plasma secara lebih efisien.

Eksperimen yang bertujuan menghasilkan petir sejatinya sudah ada sejak 1970 dengan cara menembakkan roket kecil ke arah awan badai. Namun hanya 50 persen peluncuran roket yang benar-benar memunculkan petir.

Di samping itu, ilmuwan iklim Profesor Andy Pitman dari University of New South Wales dengan tegas mengatakan manusia tidak bisa mengontrol cuaca seperti badai.

Menurutnya, jika ingin melakukan seseorang harus berada di tempat dan waktu yang tepat.

Sayangnya, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi di mana badai akan muncul. "Untuk menghentikan pembentukan badai, sama seperti mengidentifikasi orang mana yang akan membawa flu babi ke sebuah negara," katanya seperti dikutip dari ABC.Net.

Sebagai informasi, badai sendiri muncul dengan cara berbeda tergantung tipenya. Selain itu, badai juga bervariasi ukurannya serta cenderung untuk tidak bertahan di satu lokasi.

Bahkan ketika bisa menentukan lokasi badai, manusia tidak bisa berbuat banyak hal.

"Sulit untuk melihat usaha yang bisa dilakukan manusia dalam skala yang dibutuhkan, bisa membuat perbedaan yang signifikan," kata Pitman.

Dikutip halaman resmi NASA, proses pembentukan petir membutuhkan udara hangat dan dingin. Kedua jenis udara itu bertemu sehingga menyebabkan udara hangat naik.

Proses itulah yang menghasilkan awan badai. Dengan demikian, udara hangat memiliki kristal es sementara udara dingin punya bulir air. Selama badai, bulir dan kristal itu bertabrakan dan terpisah di udara.

Lewat peristiwa itu memunculkan listrik statis di awan. Seperti sebuah baterai, awan-awan tersebut punya sisi negatif dan positif. Sisi plus, berada di atas, sedangkan negatif di sisi bawah.

Ketika sisi negatif di bagian bawah begitu besar, awan melepaskannya ke arah Bumi yang memiliki muatan positif. Kilatan energi yang muncul dari proses itu disebut dengan sengatan permulaan yang bisa meluncur dari awan ke permukaan tanah.

Hingga kini belum ada yang mengetahui kenapa petir berjalan zig-zag. Selain itu sengatan utama akan kembali ke awan dan membuat kilatan cahaya di udara.

Panasnya udara tersebut kemudian dapat menyebar secara cepat dan menimbulkan bunyi yang didengar berasal dari sambaran petir.

 

Sumber : CNN Indonesia

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Puluhan Pengacara Bakal Layangkan Somasi Atas Pelayanan Buruk RS Hamori Terhadap Pasien Korban Amuk Massa Ormas

Subang JMI – Seorang pasien di Rumah Sakit (RS) Hamori Kabupaten Subang mengeluhkan pelayanan saat menjalani perawatan selama beberapa ha...