WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

IMF Beri Sinyal Tanda Bahaya, Dunia Gelap-Resesi di Mana-Mana


Jakarta, JMI -
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) akan menurunkan proyeksi terhadap pertumbuhan global pada 2023. Hal ini disebabkan karena ketidaksabilan keuangan yang terus mengalami peningkatan.

Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyatakan bahwa risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan terus meningkat. Ia mengatakan prospek ekonomi global 'gelap' mengingat guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, serangan Rusia ke Ukraina, dan bencana iklim di semua benua. Hal itu bisa menjadi lebih buruk.

"Kami mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global, dari dunia yang relatif mudah diprediksi ... ke dunia dengan lebih banyak kerapuhan - ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering dan menghancurkan," katanya dalam pidato di Universitas Georgetown dikutip Reuters, Minggu (9/10/2022)

Georgieva mengatakan tatanan lama, yang ditandai dengan kepatuhan pada aturan global, suku bunga rendah dan inflasi rendah, memberi jalan kepada tatanan di mana "Negara mana pun dapat terlempar keluar jalur dengan lebih mudah dan lebih sering."

Dia mengatakan semua ekonomi terbesar di dunia - Eropa, China, dan Amerika Serikat - sekarang melambat, yang mengurangi permintaan ekspor dari negara-negara berkembang, yang sudah terpukul keras oleh harga pangan dan energi yang tinggi.

Alhasil, IMF akan menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 dari 2,9%, revisi penurunan keempat tahun ini, ketika merilis World Economic Outlook minggu depan. Pemberi pinjaman global itu akan membiarkan perkiraan saat ini untuk pertumbuhan 3,2% pada 2022 tidak berubah, namun tidak memberikan angka perkiraan baru untuk 2023.

Perang di Ukraina dan risiko ekonomi global akan mendominasi pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia minggu depan di Washington, yang mempertemukan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari seluruh dunia.

IMF memperkirakan bahwa negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini atau tahun depan. 

"Dan, bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik," kata Georgieva.

Secara keseluruhan, IMF memperkirakan output global menyusut sebesar US$ 4 triliun antara sekarang dan 2026. Itu kira-kira sebesar ekonomi Jerman dan merupakan "kemunduran besar-besaran," tambahnya.

Georgieva mengatakan pembagian ekonomi global menjadi blok-blok yang mendukung Rusia, menentangnya, atau 'duduk di bangku cadangan' setelah serangannya ke Ukraina akan berakhir dengan mengurangi efisiensi penting dan paling merugikan orang miskin.

"Kita tidak bisa membiarkan dunia pecah," katanya. "Jika kita pergi ke titik di mana kita memisahkan bagian dunia dari satu sama lain, itu akan berdampak bagi orang miskin di negara-negara kaya dan negara-negara miskin akan menanggung beban dampaknya."

Ketidakpastian tetap tinggi dan lebih banyak kejutan ekonomi mungkin terjadi, katanya, memperingatkan bahwa tingkat utang yang tinggi dan kekhawatiran likuiditas dapat memperkuat harga aset yang cepat dan tidak teratur di pasar keuangan.

cnbc/jmi/red

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Bawaslu Subang Gelar Rapat Evaluasi Tahapan Pemilu 2024, Sekaligus Proyeksikan Tahapan Pilkada Serentak 2024

Subang, JMI - Bawaslu Subang menggelar rapat evaluasi tahapan pemilu 2024, yang merupakan kegiatan terakhir pengawasan melekat y...