WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Festival 'menjodohkan' batu Majalengka yang Bermakna : Menjaga Kerukunan dan Toleransi


Majalengka JMI,
Festival Kawin Batu merupakan salah satu event unik di Kabupaten Majalengka yang digagas komunitas Kirik Nguyuh. Festival tahunan ini biasa digelar setiap bulan Desember.

Festival yang sudah berlangsung sekitar 6 tahun yang lalu itu, 'menjodohkan' batu yang dibawa perwakilan tamu undangan. Tamu undangan ini berasal dari berbagai wilayah di Majalengka.

Pencetus Festival Kawin Batu Baron Famousa mengatakan Festival Kawin Batu ini memiliki makna dalam. Toleransi adalah makna yang tersirat dalam festival ini.

"Makna dari kawin batu itu sebenarnya adalah bagaimana kita mengelola kerukunan hidup antar manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan tuhan," kata Baron saat diwawancarai detikJabar, Minggu (11/12/2022).

Baron menyatakan kegiatan ini memiliki misi untuk merekatkan silahturahmi dan menjaga persatuan antar warga. Selain itu, Kawin Batu juga didedikasikan untuk konservasi lingkungan.

"Kawin Batu sebenarnya, batu itu sebagai simbol persahabatan, sebagai simbol kepedulian kita terhadap lingkungan, sebagai simbol juga kontribusi kita untuk memberikan ide buah pikiran atau konsep apapun tentang bagaimana kita menjaga kelestarian lingkungan ini," ujar dia menjelaskan.

Baron menjelaskan, batu yang menjadi media kegiatan itu, karena batu sendiri mempunyai proses yang panjang sebelum menjadi benda yang kokoh. Oleh karena itu, Baron berharap melalui kegiatan ini hubungan persaudaraan antar warga dapat terjaga dengan kokoh.

"Jadi kita belajar dari batu, bahwa batu itu tidak sekonyong-konyong jadi sebuah batu. Tapi dia juga mengalami proses bersatunya mineral-mineral atau elemen-elemen yang ada di bumi ini, sehingga dengan proses evolusi itu dia terbentuk menjadi batu," jelas dia.

"Maka di sini kami berharap bahwa persahabatan kita, bahwa ide kita, bahwa hubungan baik kekeluargaan kita ini menjadi sebuah kebaikan yang utuh gitu. Dan kebaikan yang kokoh," sambungnya.

Sementara itu, batu yang 'dijodohkan' dalam kegiatan tersebut adalah jenis batu umum yang mudah ditemukan di jalanan. Batu-batu tersebut dinikahkan tanpa penghulu.

Saat batu-batu itu akan dikawinkan, perwakilan tamu undangan menyerahkan sebongkah batu yang dibawa dari wilayah mereka untuk ditaruh di atas 'pelaminan' batu.


Dtk/Zr/JMI/Red.

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

KPU Subang Buka Sayembara, Umumkan Pembuatan Maskot dan Jingle Pilkada 2024, Berikut Ini Ketentuan dan Syaratnya

Subang, JMI – Komisi pemilihan umum (KPU) kabupaten Subang mengadakan sayembara pembuatan maskot dan jingle pemilihan Bupati da...