WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Napak Tilas Berdirinya Kabupaten Sukabumi

Peta dan Logo Kabupaten Sukabumi
JAKARTA, JMI -- Ada yang mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang bermakna bahwa pada kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman ini membuat orang-orang suka bumen-bumen atau menetap. Penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa nama “Sukabumi” berasal dari bahasa Sansekerta suka, “kesenangan, kebahagiaan, kesukaan” dan bhumi, “bumi”. Jadi “Sukabumi” artinya “bumi kesukaan”.

Menilik historis jauh ke belakang, pasca Indonesia merdeka digelarlah musyawarah oleh Mr. R. Syamsoedin, Mr. Haroen, dan Dr. Aboe Hanifah. Dalam musyawarah itu, disepakati mengirim delegasi ke Karesidenan Bogor untuk mendesak pelaksanaan serah terima kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Jika gagal, akan ada aksi massa dari Badan Keamanan Rakyat, polisi, KNID, ulama, dan utusan daerah pada tanggal 1 Oktober 1945.

Gagalnya perundingan di Bogor, pada 1 Oktober 1945, menimbulkan aksi massa mengurung kantor Kempetai untuk membebaskan seluruh tahanan politik dan menyita persenjataan. Di Lapangan Victoria (Sekarang Lapangan Merdeka, Kota Sukabumi) bendera Jepang diturunkan dan diganti Merah Putih. Kantor-kantor pemerintahan pendudukan Jepang pun berhasil direbut.

Dalam beberapa hari seluruh Kabupaten Sukabumi sudah dikuasai Pemerintah Republik Indonesia. Terjadi penggantian para pejabat Kewedanaan dan Kecamatan yang tidak pro dengan tokoh-tokoh pro-kemerdekaan.

Setelah berada di bawah kendali Pemerintahan Republik Indonesia, maka pada akhir 1945, Mr. Haroen diangkat sebagai Bupati Sukabumi pertama paska-kemerdekaan, sedangkan Mr. R. Syamsoedin menjadi Walikota Sukabumi. Istilah-istilah administratif pemerintahan Jepang sendiri diganti dengan istilah Indonesia, seperti Ken yang diubah menjadi Kabupaten.

Saat ini, Kabupaten Sukabumi beribu kota Pelabuhanratu. Jumlah desa di kabupaten ini 386, yang tersebar di 47 kecamatan. Mayoritas warganya menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa percakapan.

Kabupaten Sukabumi adalah terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di (Jawa Timur). Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan Kabupaten Bogor di Utara, Cianjur di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Lebak di Barat.

Bupati Sukabumi, Marwan Hamami mengatakan, selama ini hari jadi Kabupaten Sukabumi (1 Oktober 1945) lebih muda dari pada hari jadi Kota Sukabumi (1 April 1914). Sehingga muncul pertanyaan dari kalangan masyarakat dan tokoh pergerakan tentang kepastian hari jadi Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan data autentik yang diperoleh, pada tahun 10 September 1870 ada satu surat menyurat yang ditujukan kepada kanjeng Bupati. Sebabnya pada tanggal tersebut dikenalkan pertama kali istilah patih atau saat ini bupati Sukabumi.

Karena hari jadi disepakati pada 10 September 1870, konsekuensinya kini Sukabumi memiliki sejarah yang pasti. Di mana berdasarkan data yang ada, Sukabumi memiliki bupati yang merupakan putera daerah bukan dari Belanda.

Data ini, sudah difotokopi dan ditetapkan untuk menjawab pertanyaan sejarah Kabupaten Sukabumi.

Pelurusan sejarah hari jadi ini penting. Dengan demikian, diharapkan anak cucu kita nanti bisa memahami sejarah Sukabumi dengan lebih baik.

Setelah ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak peninggalan Kerajaan Hindu dan Buddha di daerah Cibadak, terbukti kawasan area Kabupaten Sukabumi sekarang, ternyata telah dihuni manusia sejak abad ke-9 M. Prasasti tersebut menyebut larangan penguasa Kerajaan Sunda kepada penduduk setempat menangkap ikan.

Terdapat juga peninggalan sejarah lain yaitu Prasasti Pasir Datar (Cicantayan) namun tulisan prasasti tersebut belum diterjemahkan.

Pada masa kolonial Hindia Belanda, Kabupaten Sukabumi berada di bawah Kabupaten Cianjur, bagian dari Karesidenan Priangan. Pada 1776, Bupati Cianjur keenam Raden Noh Wiratanudatar VI membentuk kepatihan Tjikole, terdiri dari enam distrik yaitu Tjimahi, Tjitjoeroeg, Goenoengparang, Tjiheoelang, Djampangtengah, dan Djampangkoelon dengan pusat pemerintahan di Tjikole (Kota Sukabumi).

Tepat pada tanggal 13 Januari 1815, Kepatihan Tjikole berubah menjadi Kepatihan Sukabumi. Hal ini berlangsung atas usulan ahli bedah Dr. Andries de Wilde, pemilik perkebunan kopi dan teh di Sukabumi. Nama “Soekabhoemi” berasal dari Bahasa Sansekerta, soeka berarti kesenangan, kesukaan, kebahagiaan, dan bhoemi berarti bumi atau tanah. Jadi Sukabumi memiliki arti, tanah yang disukai.

Kabupaten Sukabumi berdiri sejak ditetapkan Besluit Gubernur Jenderal Dirk Fock no. 71 tanggal 25 April 1921. Terpisah dari Kabupaten Cianjur sejak 1 Juni 1921, dengan bupati pertama adalah R. A. A. Soerianatabrata. Tahun 1923, Karesidenan Priangan dimekarkan tiga yaitu Priangan Barat berpusat di Sukabumi, Priangan Tengah di Bandung, dan Priangan Timur di Tasikmalaya.

Bupati kedua Sukabumi adalah R. A. A. Soeriadanoeningrat, memerintah sampai masa pendudukan Jepang. Hingga terjadi perombakan pembagian administratif di wilayah Jawa Barat, dengan membentuk lima karesidenan baru, yaitu Banten, Batavia, Bogor, Cirebon, dan Priangan.

Kabupaten Sukabumi sebelumnya merupakan bagian dari Karesidenan Priangan Barat, selanjutnya dimasukkan ke Bogor, karenanya wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi memiliki plat nomor kendaraan F.

Hindia Belanda takluk dari Jepang pada 8 Maret 1942, Karesidenan Priangan pun berganti nama menjadi Syukocan dengan kepala daerahnya Syukocanco.

Kabupaten menjadi Ken, kepala daerahnya disebut Kenco. Kenco pertama Sukabumi R. A. A. Soeriadanoeningrat, wafat tahun 1942, lalu digantikan R. Tirta Soeyatna.

Dewasa ini, pemerintah daerah berprakarsa mengubah peringatan Hari Lahir Kabupaten Sukabumi menjadi tiap tanggal 10 September. Demi pelurusan sejarah dari masa yang tercatat dari jaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan hingga sekarang ini.

Saat itu, masyarakat banyak yang bertanya-tanya mengenai hari jadi Kabupaten Sukabumi.

Meskipun dahulunya Kabupaten Sukabumi sudah memiliki hari jadi yaitu 1 Oktober 1945, yang lebih muda dibandingkan Kota Sukabumi. Namun, 1 Oktober 2017 menjadi hari terakhir peringatan Hari Lahir Sukabumi menurut penetapan yang lama, di mana berdasarkan penetapan yang baru, semenjak 2018, peringatan Hari Lahir Sukabumi diubah menjadi tanggal 10 September, setiap tahunnya.

FAISAL6444/JMI/RED
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Kapolresta Tangerang Beri Bantuan Sembako Kepada Masyarakat yang Kurang Mampu

TANGERANG, JMI - Sebagai upaya membantu masyarakat kurang mampu, Kapolresta Tangerang  Kombes Pol Baktiar Joko Mujiono, S.I.K,....