JAKARTA, JMI -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi Juli 2022 sebesar 4,94 persen jika dibandingkan dengan Juli 2021 (yoy). Lonjakan inflasi dipicu kenaikan harga pangan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. BPS mengingatkan, tingginya inflasi akibat lonjakan harga pangan berisiko besar terhadap peningkatan kemiskinan.
BPS pada Maret lalu mencatat angka kemiskinan mengalami penurunan
ke level 9,71 persen atau 26,5 juta jiwa. Kemiskinan di perdesaan sebesar 12,29
persen, lebih tinggi dari persentase di perkotaan yang sebesar 7,5 persen.
Laju inflasi tahunan pada Juli lebih tinggi daripada inflasi Juni
yang sebesar 4,35 persen. Menurut BPS, tingkat inflasi tahunan Juli juga
merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015, yang saat itu mencapai 6,25
persen.
"Dengan kenaikan harga atau inflasi yang tinggi, khususnya
kelompok makanan, pasti ada potensi besar kepada angka kemiskinan," kata
Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (1/8).
Dalam rilis terakhir angka kemiskinan per Maret 2022, BPS mencatat
peran harga makanan terhadap garis kemiskinan lebih besar daripada peranan
komoditas bukan makanan. Kontribusi harga makanan mencapai 74 persen dalam
pembentukan garis kemiskinan.
Garis kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang
harus dipenuhi penduduk untuk bisa mendapatkan standar hidup mencukupi di
suatu negara. Pada Maret 2022, garis kemiskinan sebesar Rp 505.469 per kapita
per bulan.
Margo menjelaskan, harga pangan yang kian
tinggi akan memberikan dampak pada kenaikan garis kemiskinan. "Jika
pendapatan tidak naik, akan menyebabkan kemiskinan makin bertambah, jadi
pengaruhnya cukup tinggi," kata Margo.
Selain pangan, peran pemerintah melalui kebijakan energi juga
cukup penting untuk menjaga tingkat kemiskinan. Kenaikan harga energi dunia
yang terjadi bisa diredam oleh pemerintah dengan instrumen subsidi. Sebab, jika
harga energi dilepas dengan harga keekonomian kepada masyarakat, dampaknya akan
luas.
Di tengah tren kenaikan inflasi dan potensi terhadap angka
kemiskinan, Margo menilai laju inflasi masih relatif terjaga. Hal intu tecermin
dari inflasi inti Juli yang sebesar 0,18 persen jika dibandingkan dengan bulan
sebelumnya (month
to month/mtm) dan 2,86 persen yoy. "Tingkat inflasi inti
tersebut menggambarkan fundamental ekonomi masih stabil," ujar dia.
Adapun inflasi bulanan pada Juli mencapai 0,64 persen mtm dan
inflasi tahun kalender sebesar 3,85 persen year to date (ytd).
Selama bulan Juni, BPS mencatat 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
seluruhnya mengalami inflasi. Kota yang mengalami inflasi adalah Kendari,
sebesar 2,27 persen mtm.
Berdasarkan
komponen, inflasi harga pangan bergejolak atau volatile foods mencapai
11,47 persen dan memberikan andil terbesar, yakni 1,92 persen, terhadap inflasi
tahunan. Inflasi volatile foods merupakan
yang tertinggi sejak Januari 2014.
Adapun inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered
price sebesar 6,51 persen dengan andil 1,15 persen. Sementara
itu, inflasi inti masih cukup terkendali sebesar 2,86 persen dengan andil 1,87
persen.
Margo mengatakan, inflasi secara tahunan memang mengalami
peningkatan. Namun, bila dibandingkan dengan sejumlah negara, Indonesia masih
lebih baik. Ia juga menyebut laju inflasi Indonesia masih aman. "Kategori
masih aman karena inflasi inti relatif rendah 2,86 persen.”
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi kelompok
makanan, minuman, dan tembakau merupakan memberikan andil terbesar, yakni 9,35
persen yoy. "Komoditas yang dominan memberikan andil adalah cabai merah,
bawang merah, minyak goreng, dan rokok kretek filter," katanya.
Harga pangan dalam beberapa waktu terakhir
memang mengalami kenaikan. Menurut BPS, hal itu disebabkan oleh faktor musiman
cuaca yang berdampak pada tingkat produksi, terutama komoditas hortikultura. Di
sisi lain, pemerintah pada Juli juga melakukan penyesuaian harga energi. Harga
BBM Pertamax Turbo naik 12 persen, Dexlite naik 16 persen, Pertamina Dex
meningkat 20 persen, dan harga elpiji naik 14 persen.
Menurut Margo, penyesuaian tarif listrik golongan 3.500 volt
ampere ke atas dan pelanggan pemerintah juga berpengaruh pada inflasi Juli.
Angka inflasi tahunan sejak Juni telah melampaui proyeksi awal pemerintah yang
sebesar 3 plus minus 1 persen.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyatakan, pemerintah
telah mengantisipasi kenaikan inflasi agar tak berdampak pada kenaikan angka
kemiskinan. Salah satu antisipasi yang ditempuh adalah menahan kenaikan harga
BBM yang dikonsumsi oleh 40 persen masyarakat kelompok bawah.
Iskandar mengatakan, pemerintah juga masih menjalankan program
bantuan sosial melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Di sisi
lain, ia menuturkan, pemerintah juga berfokus mengendalikan harga pangan
melalui operasi-operasi pasar. Upaya penambahan stok terus dilakukan dengan
menambah areal penanaman, termasuk melalui food estate. "Juga
memperlancar distribusi barang melalui kerja sama antardaerah yang kelebihan
pasokan dengan daerah kekurangan pasokan," katanya.
Kalangan ekonom memperkirakan laju inflasi tahunan 2022 bisa
mencapai lebih dari 5 persen. Seiring dengan tren peningkatan inflasi, angka
kemiskinan rawan mengalami peningkatan.
"Kenaikan inflasi sangat bisa (menaikkan kemiskinan) karena
struktur pengeluaran kelompok masyarakat bawah, pengeluaran makanannya lebih
besar terhadap total pengeluaran," kata Direktur Eksekutif Center of
Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohamad Faisal kepada Republika,
Senin (1/8).
Faisal mengatakan, peningkatan inflasi yang tinggi dapat berdampak
secara langsung pada pendapatan riil masyarakat. Karena itu, efek negatif
terhadap kemiskinan memiliki potensi besar.
Ia memperkirakan laju inflasi tahunan pada
2022 dapat mencapai lebih dari 5 persen (yoy). Pasalnya, hingga Juli 2022, inflasi
tahunan sudah tembus 4,94 persen atau di atas proyeksi terbaru pemerintah
sebesar 4,5 persen.
Menurut Faisal, inflasi di kisaran 5 persen pun dengan catatan
pemerintah mempertahankan kebijakan subsidi energi. Kebijakan subsidi akan
menahan laju kenaikan harga bahan bakar sehingga harga yang diterima masyarakat
tak melonjak.
Faisal menilai laju inflasi yang terjadi pada Juli lebih
disebabkan faktor suplai. Naiknya harga-harga pangan pokok yang memicu inflasi
dipicu oleh faktor cuaca yang menekan angka produksi. Selain itu, inflasi
dipengaruhi oleh imported inflation untuk
harga energi dan pangan.
Inflasi itu terjadi karena imbas mobilitas masyarakat global yang
makin meningkat seiring dengan terkendalinya penyebaran Covid-19. "Jadi,
yang saya lihat di bulan Juli ini permintaan itu masih lemah, sehingga yang
memengaruhi inflasi lebih banyak dari sisi suplai," katanya.
Masih
Moderat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, angka inflasi
Indonesia pada Juli 2020 yang sebesar 4,94 persen (yoy) masih relatif moderat
di tengah tingginya tekanan global. Tingkat inflasi di dalam negeri juga
dinilai jauh lebih baik dibandingkan banyak negara.
Sri yang juga ketua Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) mengatakan, laju inflasi Indonesia menunjukkan tren meningkat
yang disebabkan dari sisi penawaran. Hal ini seiring adanya kenaikan
harga-harga komoditas dunia dan gangguan pasokan di domestik. “Tapi, inflasi
Indonesia 4,94 persen (yoy) masih relatif moderat,” kata Menkeu Sri dalam
konferensi pers di Jakarta, Senin (1/8).
Laju inflasi pada Juli 2022 yang tercatat 4,94 persen (yoy)
meningkat dibanding pada Juni 2022 yang sebesar 4,35 persen (yoy) ataupun
posisi akhir kuartal I yang masih sebesar 2,64 persen (yoy). Meski demikian,
inflasi inti tetap terjaga pada tingkat 2,86 persen (yoy) karena didukung oleh
konsistensi kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga ekspektasi inflasi
Indonesia.
Sinergi pengendalian inflasi dilakukan oleh Bank Indonesia bersama
pemerintah, termasuk dengan meningkatkan koordinasi dalam forum tim
pengendalian inflasi pemerintah pusat ataupun daerah. Sementara ini, inflasi
kelompok volatile
food mengalami kenaikan, terutama akibat tingginya harga
pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca. Untuk inflasi pada
kelompok administered
price dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket angkutan udara.
Menurut Sri, tekanan inflasi akibat harga energi global yang
sangat tinggi tidak tertransmisikan ke dalam harga minyak gas dan listrik. “Ini
hasil kebijakan pemerintah mempertahankan harga jual energi domestik, dengan
kenaikan subsidi energi BBM dan listrik melalui APBN,” ujar Sri.
Berbagai langkah itu juga membuat tingkat inflasi
Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara, seperti Thailand yang mengalami
inflasi 7,7 persen, India 7 persen, dan Filipina 6,1 persen.
Walaupun pada Juli terjadi inflasi, Kepala BPS Margo Yuwono
menyebut, saat ini mulai terjadi penurunan sejumlah harga komoditas pangan
utama global yang diimpor Indonesia. Kendati demikian, situasi harga pangan
global masih cenderung tinggi jika dilihat tren sejak awal tahun.
Komoditas utama yang mulai mengalami penurunan, antara lain,
gandum, gula, kedelai, serta urea sebagai bahan baku pupuk untuk sektor
pertanian. "Harga komoditas global pada Juni ada penurunan meski dari
Februari 2022 tetap dalam tren peningkatan," kata Margo, kemarin.
BPS mencatat, rata-rata harga gandum dunia sepanjang Juni 2022
sebesar 459,6 dolar AS per metrik ton. Harga tersebut mengalami penurunan
signifikan 12,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meski demikian,
dibanding pada Juni 2021, harga tersebut 60,95 persen lebih tinggi.
Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (Aptindo)
dalam kesempatan terpisah menyatakan, harga gandum kemungkinan telah mencapai
puncak tertinggi. Fluktuasi harga setidaknya akan berlangsung hingga 12 bulan
ke depan sehingga pada akhir 2023, harga diyakini akan mulai menurun.
Selanjutnya, harga gula dunia tercatat 0,42 dolar AS per kg, turun
2,05 persen dari Juni. Kendati demikian, harga gula masih lebih tinggi 9,43
persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Adapun harga kedelai
tercatat sebesar 737,1 dolar AS per metrik ton. Harga kedelai memang terjadi kenaikan,
tetapi hanya 1,79 persen dari bulan sebelumnya. Adapun jika dibandingkan bulan
yang sama tahun lalu, kenaikan harga kedelai sekitar 19,9 persen.
Terakhir, harga urea tercatat 690 dolar AS per metrik ton. Margo
mengatakan, harga mengalami penurunan 2,4 persen dibanding pada Mei 2022,
tetapi tetap naik 75,4 persen dibanding pada Juni 2021. "Urea adalah input di
sektor pertanian sehingga nantinya, akan berpengaruh pada nilai tukar
petani," kata Margo.
RPBLK/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar