
Pihak Laznas WIZ saat menyalurkan bantuan obat kepada korban perang Gaza, Palestina. (ANTARA Foto/HO-Laznas WIZ)
JURNAL MEDIA Indonesia - Seiring blokade bantuan Gaza telah melewati
periode 70 hari, organisasi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada
Selasa (13/5) mengatakan mitra-mitranya melaporkan bahwa hanya ada lima rumah
sakit di Jalur Gaza yang masih menyediakan perawatan maternal, lapor Xinhua
pada Rabu.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination
of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan para bidan kekurangan pasokan dan
peralatan. Para mitra melaporkan bahwa 17.000 ibu hamil dan menyusui menderita
kekurangan gizi dan membutuhkan bantuan mendesak.
OCHA mengatakan tidak ada bantuan atau pasokan komersial yang masuk selama
lebih dari 70 hari. Blokade skala penuh di Jalur Gaza membawa dampak buruk bagi
penduduknya.
Sebelumnya pada bulan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hanya
ada sekitar sepertiga dari 36 rumah sakit biasa dan 30 persen dari pusat
layanan kesehatan primer di Gaza yang beroperasi dalam kapasitas tertentu di
tengah serangan berulang serta kekurangan pasokan medis penting, bahan bakar,
dan staf.
Rumah sakit terus-menerus dihantam serangan. Di Khan Younis, pasukan Israel
menyerang departemen bedah di Kompleks Medis Nasser, dengan sejumlah korban
telah dilaporkan. Kompleks ini merupakan satu dari delapan rumah sakit umum
yang beroperasi secara parsial di Gaza.
Menyusul serangan di Khan Younis, Wakil Koordinator Kemanusiaan Suzanna Tkalec
dan tim OCHA mengunjungi rumah sakit tersebut. Tkalec berbicara dengan para
staf dan tim dokter internasional, menyatakan dirinya terkejut dengan serangan
baru terhadap rumah sakit itu, yang merupakan serangan keempat sejak perang
dimulai.
Dikatakan Tkalec, serangan tersebut tidak dapat diterima dan harus dihentikan,
seraya mengingatkan bahwa fasilitas kesehatan dan orang-orang yang bekerja di
dalamnya harus selalu dilindungi.
Menurut OCHA, meskipun pertempuran terus berlanjut di seluruh Gaza, PBB dan para mitranya memberikan panduan kepada anak-anak di Khan Younis tentang cara menghindari bahan peledak (unexploded ordnance/UXO)
Kantor tersebut mengatakan hal ini merupakan salah satu gambaran bagaimana PBB dan mitra-mitra kemanusiaannya terus mengunjungi orang-orang di komunitas mereka untuk menilai kebutuhan.
Pada Jumat (9/5) di Deir al Balah, sebuah tim mengunjungi dua sekolah yang
dihantam serangan udara sebelumnya pada pekan lalu. Ratusan keluarga yang
berlindung di sana membutuhkan paket makanan, tangki air, dan toilet. Para
mitra melakukan upaya terbaiknya untuk mendistribusikan pasokan penampungan
darurat apa pun yang tersisa karena stok tenda sudah habis.
Menurut OCHA, otoritas Israel terus menolak dan menghalangi upaya yang
dilakukan oleh badan kemanusiaan untuk melakukan misi penting di Gaza.
"Hari ini (Selasa), dari 11 permintaan PBB untuk gerakan kemanusiaan
terkoordinasi, lima di antaranya ditolak mentah-mentah, termasuk satu rencana
misi untuk mengambil bahan bakar dari Rafah agar dapat disalurkan untuk
kebutuhan rumah sakit, ambulans, serta fasilitas air, sanitasi, dan
kebersihan,” kata OCHA. "Enam misi lainnya, termasuk rotasi staf,
difasilitasi."
Dengan pasokan dan waktu yang kian menipis, OCHA mengatakan bantuan kemanusiaan
dan pasokan esensial lainnya harus diizinkan masuk ke Gaza untuk menyelamatkan
nyawa dan para pekerja kemanusiaan yang bekerja demi menjangkau orang-orang di
seluruh Jalur Gaza harus difasilitasi.
"Israel, sebagai kekuatan pelaku pendudukan, harus mematuhi hukum
kemanusiaan internasional dan memfasilitasi bantuan untuk orang-orang yang
membutuhkan, di mana pun mereka berada," kata badan kemanusiaan tersebut.
sumber: antara
0 komentar :
Posting Komentar