![]() |
Pasangan Anies - Sandi saat didampingi Prabowo |
Seperti halnya Partai Gerindra. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia, Maksimus Ramses Lalongkoe, dalam analisanya jika pilkada DKI berlangsung dua putaran, maka Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akan memilih satu dari dua opsi langkah politik.
Pertama, jika pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno kalah pada putaran pertama, maka kemungkinan besar Prabowo Subianto akan bersekutu dengan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Alasan Prabowo lebih mendukung Ahok-Djarot, kata Maksimus Ramses Lalongkoe, karena sosok Ahok selama ini banyak mendapat dukungan dan simpati masyarakat Indonesia.
Ahok tidak saja menjadi pusat perhatian warga Jakarta, tapi juga masyarakat Indonesia dan ini dapat dilihat dari arus dukungan untuk mantan Bupati Belitung Timur itu. "Dukungan publik ini tentu menjadi salah satu indikator penting yang dipertimbangkan Prabowo Subianto dalam mengalihkan dukungan politiknya," sebut Ramses kepada JawaPos.com, Senin (13/2).
Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana (UMB) ini menambahkan, alasan Prabowo mengalihkan ke Ahok ini demi persiapan pada Pilpres 2019. Prabowo tidak mau kehilangan simpati publik Indonesia, tentu pilihan terbaiknya bersekutu dengan pasangan Ahok-Djarot pada putaran kedua.
Alasan lain besarnya kemungkinan Prabowo mengarahkan dukungannya ke paslon nomor urut 2 itu, dapat dilihat dari semakin berjaraknya hubungan antara Partai Gerindra dengan Partai Demokrat.
Opsi kedua yang bakal ditempuh Partai Gerindra pada putaran, jika jagoannya tumbang, yakni Prabowo memilih diam atau mengambil posisi netral pada putaran kedua.
Sikap netral ini, yakni tidak mengarahkan pendukungnya untuk memilih salah satu calon mana pun. Melainkan membiarkan pendukung memilih sesuai selera mereka masing-masing. "Sikap netral ini memang tidak menyakiti hati pihak lain namun tidak mendapat simpati cukup signifikan," katanya.
cr2/jwpos/red
0 komentar :
Posting Komentar