![]() |
Bawang yang diduga selundupan dari megara Thailand di naikan dari perahu ke tuk penganggkut |
Adanya penyeludupan yang bertambah banyak maka negara semakin dirugikan. Kekurangan petugas yang acap kali terlontar dari mulut petugas, hanya alasan belaka. Pasalnya, sekarang bukan kelemahan, tapi diduga sengaja dibuat supaya oknum tertentu mendapat setoran.
Temuan ini segera di konfirmasikan kepihak petugas p2 beacukai di pos pelabuhan telaga punggur, namun Pak Nibaho tidak berada ditempat. Wartawan sudah mancoba dua kali mendatangi kantornya, namun hasilnya nihil.
Sedangkan, pantauan di lokasi pelabuhan tikus tersebut di dapati beberapa jrnis barang, diantaranya bawang merah dan wortel diduga asal Thailand, Sosis diduga asal Malaysia, dan daging yang tidak jelas mereknya kerena ditutup dengan plastik hitam dan diikat dengan tali rapia untuk menghindar dari sorotan kamera wartawan.
Selain dari itu, tak bisa dilihat dengan jelas. Tempat pembongkaran tidak menggunakan lampu penerang, dengan datangnya awak media JMI dan media interpol ke lokasi menanyakan tentang surat izin karantina, tak satupun mau berbicara terkait temuan itu.
Awak media ini mencoba menghubungi pihak karantina melalui handphone milik inisial SKN. PPNSnya ia mengatakan, “Disitu ada petugas kita inisial SM.”
Petugas dengan inisial SM ketiak dimimtai konfirmasi terkait temuan ini tak merasa ada yang salah dan terkesan menantang media, “Mereka tak pernah lapor ke Kita Pak, silahkan kalau mau di beritakan.” Ungkapnya
Lokasi penyeludupan yang FTZ istimewa itu justru dekat dengan kantor petugas p2 BC dan karantina di Telaga Punggur, berkisar 100 meter, diduga terdapat permainan atau ‘udang di balik batu’.
Ketika temuan ini kami konfirmasikan ke Korlap pemilik barang di pelabuhan H.i. (Reni) malah mencak-mencak dan mencaci maki wartawan ketika disinggung tentang penggelapan pajak pendapat daerah atau membayar PPN 10% dia bilang, “Pajak nenek moyang kamu."
Reni tanpa santun juga melontarkan kata kotor, nampak sekali seperti tidak berpendidikan, “Kamu babi, suka mengagu orang saja,” ucapnya.
Dihitung dari lamanya dia beroperasi, semenjak tahun 2014 sampai tahun 2017, telah berapa besar kerugian daerah yang di gelapkan oleh (Reni) di Punggur Dalam.
Seolah berlindung dibalik buruh panggul ibu-ibu yang tidak mengerti apa aturan dan peraturan, menjadikan Reni makmur dengan bisnis ‘gelap’nya. selain kapal yang di gunakan Reni Diduga tidak memiliki keleren, terlebih monifes kapal juga tidak ada.
Selain dari kerugian pendapatan daerah, Reni juga diduga menyebut-nyebut nama oknum wartawan untuk memuluskan kerja penyeludupan secara haram.
Bahayanya, jika tidak segera di hentikan oleh aparat terkait maka akan ada (reni-reni) yang lain, akan megikuti kerja penyeludupan barang secara haram itu di Kota Batam sehinga membuat masyarakat semakin dibingungkan tentang munifes kapal tapi kapal tetap berjalan dengan aman di laut.(Bersambung)
Pewarta: Asriadi
Editor: Habib
0 komentar :
Posting Komentar