 |
| Bendera Kebanggan LGBTQ (Gambar ilustrasi) |
JAKARTA, JMI -- Polisi Turki membubarkan pawai perayaan komunitas
Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) atau Pride di Istanbul dan menahan lebih
dari 200 demonstran, Minggu (26/6).
Gubernur Istanbul telah melarang pawai tersebut yang berlangsung
di sekitar Taksim Square di jantung kota. Namun, pawai itu tetap
berlangsung yang dihadiri ratusan orang dengan pengawalan ketat kepolisian.
Polisi
pun segera menahan para pengunjuk rasa dan mengangkut mereka ke sejumlah
bus mereka ke bus. Wartawan AFP melihat
empat bus berisi ratusan orang yang ditahan.
Organisasi
penyelenggara pawai mengklaim lebih dari 200 peserta Pride dan aktivis LGBTQ
telah ditahan. Polisi, katanya, juga menolak memberikan akses pengacara bagi
ratusan peserta pawai yang ditahan tersebut.
Puluhan
pedemo LGBT itu sudah ada yang dibebaskan.
Satu
dari ratusan demonstran yang ditahan itu ialah kepala fotografer
AFP, Bulent Kilic. Ia dibawa pergi dengan tangan diborgol dari belakang
dan dibebaskan pada Minggu malam setelah memberikan pernyataan kepada polisi,
kata pengacaranya.
Polisi
mencegah mediamerekam penangkapan Istanbul, menurut wartawan AFP.
Meski
telah dibubarkan, ratusan pengunjuk rasa lain masih berusaha berdemonstrasi
sambil membawa bendera pelangi sambil menghadapi barikade polisi.
"Masa
depan ini unik. Kami di sini. Kami unik. Kami tidak akan ke mana-mana,"
teriak mereka.
Penahanan
para pedemo ini pun memicu perhatian internasional, terutama dari kelompok
pemerhati HAM dan hak kaum LGBT.
"Semua
yang ditahan semata-mata karena partisipasi mereka dalam Pride harus segera
dibebaskan dan tanpa syarat," kata Milena Buyum dari Amnesty
International.
Diren,
seorang mahasiswa Turki berusia 22 tahun, mengutuk kejahatan kebencian yang
menargetkan orang-orang LGBTQ.
"Kami
dilarang, dicegah, didiskriminasi, dan bahkan dibunuh setiap detik dalam hidup
kami. Hari ini, adalah hari yang sangat istimewa bagi kami untuk membela
hak-hak kami dan untuk mengatakan bahwa kami memang ada," kata Diren
kepada AFP.
"Kekerasan
polisi bertujuan untuk menghentikan kami, tetapi itu tidak mungkin. Anda tidak
akan bisa menghentikan para queer."
Erol
Onderoglu dari kelompok hak media Reporters Without Borders (RSF) mengecam
penangkapan fotografer Kilic di Twitter.
"Polisi
tampaknya telah membuat kebiasaan untuk menahannya," tulisnya.
Kilic juga pernah ditahan polisi Turki tahun lalu.
Pada
hari Jumat, Komisaris Dewan Eropa untuk Hak Asasi Manusia, Dunja Mijatovic,
telah mendesak pihak berwenang Turki untuk membiarkan demonstrasi berlanjut dan
memastikan keselamatan para pengunjuk rasa.
"Hak
asasi manusia LGBT di Turki perlu dilindungi secara efektif," katanya
dalam sebuah pernyataan.
Meskipun
homoseksualitas telah legal selama periode Republik Turki modern,
komunitas LGBTQ di negara itu mengatakan masih menerima pelecehan dan
diskriminasi secara sistematis.
Istanbul
Pride telah berlangsung setiap tahun sejak 2003.
Pawai
terakhir yang berlangsung tanpa larangan adalah pada 2014. Pawai tersebut
menjadi parade LGBT terbesar yang menarik puluhan ribu peserta di negara
mayoritas Muslim.
Setelah
2014, pawai dilarang setiap tahun karena alasan keamanan.
Sumber : CNN Indonesia
0 komentar :
Posting Komentar