Jakarta, JMI - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Presiden China, Xi Jinping, membahas sederet isu ketika bertemu di sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Senin (14/11).
Sejak awal, Biden menyatakan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk menentukan
batasan agar persaingan antara AS dan China tak berujung konflik yang meluas.
Berikut empat poin penting dalam pertemuan Biden dan Xi di Bali.
1. Langkah kecil menuju jalan yang benar
Dalam pernyataan sebelum pertemuan, kedua kepala negara menegaskan bahwa mereka
akan mencari jalan untuk hidup berdampingan di tengah berbagai
ketidaksepahaman.
Setelah bertemu sekitar 3,5 jam, Biden mengonfirmasi Xi juga pada dasarnya mau
bekerja sama di sejumlah isu.
"Apakah saya percaya dia mau berkompromi terkait sejumlah isu? Ya. Kami
sangat terang-terangan satu sama lain terkait isu-isu yang kami tidak
sepaham," ucap Biden, seperti dikutip NPR.
Seorang pejabat senior AS kemudian mengatakan bahwa pertemuan ini menciptakan
kembali ruang dalam sistem China untuk bekerja sama dengan AS.
Seorang pengamat dari badan think tank Chatham House, Yu Jie, pun menganggap
gelagat yang ditunjukkan Biden dan Xi setelah bertemu sebenarnya baik.
"Xi ingin melanjutkan mekanisme dan dialog rutin untuk membuat hubungan
bilateral dengan Biden menjadi stabil," ucapnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa pertemuan ini hanya langkah kecil yang harus
ditindaklanjuti.
"[Pertemuan] ini tak akan memperbaiki kepedihan kedua belah pihak satu
sama lain, tapi hanya memperlambat keterpurukan hubungan mereka," katanya.
2. Masih berselisih soal Taiwan dan HAM
Meski sudah menuju jalan yang benar, Biden dan Xi masih berselisih soal Taiwan
dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di China.
Biden mengatakan bahwa saat bertemu Xi, ia "membahas kekhawatiran mengenai
praktik China di Xinjiang, Tibet, dan Hong Kong, juga HAM secara
keseluruhan."
Namun sejak dulu, China selalu memperingatkan dunia bahwa urusan di Xinjiang,
Tibet, dan Hong Kong merupakan masalah dalam negeri mereka. China mewanti-wanti
negara lain agar tak ikut campur.
"Dunia cukup besar bagi kedua negara untuk membangun dirinya sendiri dan
sejahtera bersama," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua
Chunying, setelah mendampingi Xi dalam pertemuan dengan Biden.
Selain itu, Biden juga membahas kekhawatiran AS atas pergerakan China yang
disebut-sebut mulai bersiap menginvasi Taiwan.
Menurut Xi, masalah Taiwan merupakan "inti dari inti kepentingan China dan
"batas pertama (first red line)" yang tidak bolah dilewati dalam
hubungan bilateral kedua negara.
"Status Taiwan adalah inti dari kepentingan inti China, landasan politik
dari hubungan China-AS, dan garis batas pertama yang tidak boleh dilanggar
dalam hubungan China-AS," kata Xi dalam pernyataan yang dirilis kantor
berita Xinhua, seperti dikutip Reuters.
3. Ukraina dan Korut masih jadi momok
Biden juga meminta Xi mengklarifikasi posisi jelas China terkait sejumlah
isu, termasuk perang antara Rusia-Ukraina, juga ambisi nuklir Korea Utara.
Sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina, China terlihat ingin bersikap netral,
tapi masih dianggap dekat dengan Rusia.
Namun dalam pertemuan ini, Biden dan Xi sepakat "bahwa perang nuklir tak
boleh terjadi dan tak bisa dimenangkan oleh siapa pun dan menggarisbawahi
penolakan mereka terhadap penggunaan ancaman senjata nuklir di Ukraina."
Dalam kesempatan itu, Biden juga memperingatkan Xi bahwa jika China tak bisa
membendung ambisi Korut sebagai sekutu dekat mereka, maka AS akan terus
meningkatkan kehadiran di kawasan tersebut.
4. Politik dalam negeri AS masih jadi ganjalan
Biden dianggap menyiratkan bahwa politik dalam negeri AS masih menjadi ganjalan
untuk memenuhi tuntutan China, terutama terkait Taiwan.
Selama ini, AS menjalin hubungan dengan Taiwan berdasarkan Undang-Undang Relasi
Taiwan. Dalam UU itu, AS mengizinkan hubungan dengan Taiwan dalam
batasan-batasan tertentu.
Kongres AS pun berkali-kali mempertimbangkan untuk memberikan bantuan kepada
Taiwan di tengah ancaman China.
Dalam pertemuan kali ini, Biden menegaskan bahwa posisi AS terkait Taiwan tidak
akan berubah.
Selain itu, Biden dianggap harus memuaskan Kongres, apalagi jika ia ingin
kembali ikut dalam pemilihan umum dua tahun mendatang.
cnnid/jmi/red
0 komentar :
Posting Komentar