Tangerang, JMI – Dalam suasana yang sarat keprihatinan sosial dan kebutuhan akan keteladanan moral, komunitas PADI (Perkumpulan Advokat Betawi) kembali menunjukkan eksistensinya sebagai gerakan kebersamaan yang tidak hanya menjunjung tinggi nilai spiritual, tetapi juga mendorong terwujudnya masyarakat yang saling peduli.
Pada sebuah pertemuan sederhana namun penuh makna yang digelar di salah satu titik komunitas di Kota Tangerang, pembina PADI Alf.Muh.Kurnia Ahyat, D.M,. SH menyampaikan pernyataan yang menyentuh hati. Ia menegaskan bahwa saat ini masyarakat sangat memerlukan ruang-ruang keikhlasan yang bebas dari penyakit hati seperti kemunafikan, kesombongan, dan egoisme pribadi.
"Ya Allah, dengan kemuliaan Sayyiduna Maulana Muhammad, kami memohon: jauhkan kami dari kebusukan penyakit hati, dari kemunafikan, ketidakpedulian kepada sesama, dari sikap pura-pura baik, dari kesombongan dan rasa aku-aku," ucap Kurnia dalam doa yang disampaikannya secara terbuka, diikuti oleh para anggota yang hadir.
Lebih dari sekadar doa, momen tersebut menjadi refleksi bersama. Kurnia menekankan pentingnya kembali kepada nilai dasar kemanusiaan yang dibingkai dalam konsep IHSANAN sebuah nilai yang tidak hanya mewujud dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam relasi antar manusia.
"Hari ini kita butuh lebih dari sekadar seremonial, Kita butuh menjadi manusia yang hidup dalam kepekaan, bukan sekadar bertingkah baik di hadapan orang, tapi menyimpan niat lain di dalam hati. Karena itu, kami PADI sepakat bahwa membangun 'rumah hati' yang bersih dan tulus adalah pondasi dari gerakan sosial kita," terang Kurnia panjang lebar.
Ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena sosial saat ini, di mana banyak hubungan antar individu yang dilandasi kepentingan semu. Menurutnya, dunia kini kekurangan manusia berhati jernih yang siap menolong tanpa syarat dan mendampingi sesama tanpa pamrih.
"Kita harus jujur bahwa di zaman ini, kepedulian sedang mahal harganya. Bahkan seringkali, orang lebih memilih diam daripada bergerak. PADI ingin hadir sebagai pengecualian, sebagai ruang dimana setiap orang bisa menjadi saudara bagi yang lain, saling jaga dan saling dorong untuk bertumbuh secara spiritual dan sosial," tambahnya.
Kurnia menegaskan bahwa “PADI bukanlah organisasi yang berorientasi pada kekuasaan atau kepentingan politik, melainkan komunitas ruhani yang ingin menjaga keaslian niat. Ia menyebut, gerakan ini didirikan atas dasar kesadaran bahwa perubahan besar selalu dimulai dari dalam dari hati yang bersih dan niat yang tulus”.
"Kami ingin dikumpulkan bersama orang-orang yang memiliki kemuliaan hati. Kami ingin membangun kekuatan bukan dari jabatan atau harta, tetapi dari kepercayaan dan keikhlasan. Dalam bingkai IHSANAN, kami yakin umat manusia bisa disatukan kembali dengan kasih dan saling peduli," tutup Kurnia penuh keyakinan.
Pertemuan komunitas itu kemudian diakhiri dengan sesi refleksi bersama, Dzikir, dan diskusi ringan mengenai kegiatan sosial yang akan dijalankan dalam waktu dekat. Beberapa agenda yang dirancang termasuk kegiatan bantuan kemanusiaan untuk warga kurang mampu, pendampingan spiritual, hingga pembentukan jaringan relawan peduli sesama di kawasan DKI Jakarta Raya.
Dengan semangat IHSANAN, PADI ingin membawa harapan baru. Bahwa masih ada ruang bagi nilai-nilai keikhlasan untuk tumbuh, dan bahwa masyarakat yang bersih dari penyakit hati bukanlah utopia, melainkan sesuatu yang layak diperjuangkan bersama.
Editor: Kurnia Sapri S.H
copyright © JMI 2025

0 komentar :
Posting Komentar