WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Waspada!! Dinkes Subang Catat 4 Kasus Penyakit Masih Dominan di Subang: DBD, Cikungunya, Tipoid dan Infeksi Saluran Pernafasan

SUBANG, JMI - Dinas kesehatan kabupaten Subang mencatat 4 kasus penyakit yang masih mendominasi di kabupaten  Subang dari akhir Maret hingga akhir mei 2025 
Di antaranya yaitu DBD, Cikungunya,Tipoid dan infeksi saluran pernafasan 

Untuk kasus DBD saat ini menurun di bandingkan dengan tahun sebelumnya  capai 170 kasus. Dan untuk Kasus chikungunya  di awal tahun 2025 mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan,kasus cikungunya hingga akhir Maret tercatat 271 warga diduga terserang chikungunya (suspek), dengan 34 di antaranya telah terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan laboratorium.

Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr. Maxi, di ruang kerjanya pada, Senin,2/6/2025  di hadapan awak media menyampaikan bahwa masih ada 4 kasus penyakit yang mendominasi saat ini di wilayah kabupaten Subang , yaitu DBD, Cikungunya, Tipoid dan infeksi saluran pernafasan. penyakit ini kini menjadi salah satu keluhan dominan yang ditangani fasilitas kesehatan di Subang, Namun, ia memberi perhatian khusus pada tren kasus chikungunya yang menunjukkan kecenderungan meningkat.

Untuk kasus DBD relatif masih kecil dibandingkan tahun sebelumnya, dengan 170 kasus hingga bulan Maret. Tapi chikungunya justru yang perlu kita waspadai, karena penyebarannya cepat dan kasusnya terus bertambah,” ujarnya 

Dr.Maxi ,"Menjelaskan bahwa Chikungunya memiliki pola penularan yang mirip dengan DBD, yaitu melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk tersebut dapat berkembang biak di sekitar rumah maupun kebun, terutama di tempat-tempat yang terdapat genangan air bersih.
Gejala penyakit ini antara lain demam tinggi mendadak, nyeri sendi hebat, ruam, dan kelelahan ekstrem. Walau angka kematian rendah, dampaknya terhadap aktivitas dan kualitas hidup pasien sangat besar,Untuk Mengantisipasi penyebaran lebih luas, Dinas Kesehatan Kabupaten Subang terus memperkuat strategi pengendalian berbasis lingkungan,"Jelasnya 

Lebih lanjut,"Dr. Maxi  menegaskan bahwa pemberantasan nyamuk tidak bisa hanya mengandalkan fogging (pengasapan), tetapi harus dimulai dari langkah awal yang paling mendasar.

“Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN), lalu pemberantasan telor nyamuk larvasidasi dengan bubuk abate untuk membasmi telur-telur nyamuk. Fogging itu bukan solusi utama, itu justru opsi terakhir dan dilakukan secara sistematis,” tegasnya.

Dr.Maxi ,"menerangkan bahwa fogging baru bisa dilakukan setelah ada laporan kasus dari warga atau fasilitas kesehatan, kemudian Tim kesenian melakukan survei lingkungan dengan cakupan radius 20 rumah dari lokasi yang dilaporkan. Jika lebih dari 20 persen rumah dalam radius tersebut ditemukan jentik nyamuk dan ada kasus positif, barulah dilakukan pengasapan. Pendekatan ini dirancang agar intervensi bersifat tepat sasaran dan efektif.
“Tidak bisa sembarangan minta fogging. Harus ada alurnya. Kalau semua minta disemprot tanpa dasar data, itu justru bisa menimbulkan resistensi nyamuk terhadap obat insektisida,” Terang Dr.Maxi

Dinas Kesehatan mengimbau kepada masyarakat untuk kasus cikungunya yang saat ini lonjakannya sangat signifikan untuk memutus mata rantai penularannya agar masyarakat berperan aktif langsung untuk melakukan PSN secara rutin di antaranya dengan menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

dr. Maxi menyatakan bahwa pihaknya akan memperkuat edukasi ke masyarakat melalui kader-kader kesehatan dan program posyandu serta mengintensifkan pemantauan jentik nyamuk di seluruh wilayah kecamatan yang terindikasi rawa Kasus DBD dan kasus cikungunya,"pungkasnya.


Pewarta: Agus Hamdan
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar