WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Gelombang Kebangkrutan Hantam Ratusan Perusahaan AS, Indonesia Was Was

Historia Del Monte, Hampir 140 Tahun Berdiri Kini Ajukan Bangkrut/delmontepacific.com

JURNAL MEDIA INDONESIA -- Ekonomi Amerika Serikat (AS) bergejolak usai dihantam gelombang kebangkrutan ratusan perusahaan sepanjang tahun 2025. Dihimpun dari berbagai sumber, setidaknya ada 286 perusahaan terkemuka di AS pailit.

Menurut ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, kondisi AS tersebut berpotensi memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Apa yang terjadi di AS tidak terlepas dari kebijakan tarif resiprokal yang dikenakan Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara mitra.

“AS mengalami deindustrialisasi sejak lama. Kebijakan tarif Presiden Donald Trump, yang diharapkan membantu, justru makin memperburuk situasi,” kata Wijayanto, Jumat, 4 Juli 2025.

Wijayanto menyoroti nasib Del Monte, salah satu dari ratusan perusahaan AS yang mengajukan pailit. Perusahaan yang memiliki fasilitas produksi di Indonesia itu ikut terancam menghadapi gangguan bisnis.

"Del Monte punya operasi di Indonesia, tentu saja akan berdampak bagi ekonomi kita, kendatipun dengan brand lain” ujarnya.

Di sisi lain, kondisi manufaktur Indonesia sendiri tengah memasuki fase kritis. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur dalam negeri tercatat turun tiga bulan beruntun ke level 46,9 pada Juni 2025. 

Kondisi ini, menurut Wijayanto, mengindikasikan adanya tren deindustrialisasi yang sedang dialami Indonesia.

“PMI kita anjlok dan menjadi berita yang sangat buruk. Dikhawatirkan ini akan berdampak pada supply lapangan kerja formal, pada saat yang bersamaan menekan penerimaan pajak yang saat ini sedang limbung (tidak stabil),” kata Wijayanto.

Penyusutan sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia bisa terjadi lewat beberapa fenomena yang sudah mulai terlihat jelas, seperti perusahaan dalam negeri enggan ekspansi, gulung tikar, lebih memilih investasi di luar negeri, hingga seretnya investasi asing ke sektor manufaktur.

“Tanpa respons cepat dan tepat, pertumbuhan ekonomi akan makin terpuruk, dan target 5 persen makin jauh dari kenyataan,” tandasnya.

 

 

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar