JAKARTA, JMI - Menteri
Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyoroti
banyaknya anak Indonesia yang tidak mampu membaca jam analog akibat dari
rendahnya kemampuan numerasi.
“Sebagian
anak-anak kita itu tidak mampu membaca jam analog, membaca jam digital
itu bisa karena ada angkanya. Tetapi, ketika sudah jam analog ada jarum
panjang, ada jarum pendek itu tidak semuanya bisa membaca,” kata
Mendikdasmen Mu'ti dalam kegiatan Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional
di SDN Meruya Selatan 04 Pagi, Jakarta Barat pada Selasa.
Ia
menilai jam analog memungkinkan murid belajar matematika, seperti
tentang angka dan sudut sehingga hal tersebut menjadi contoh nyata
terkait penerapan kemampuan numerasi dalam kehidupan sehari-hari.
"Padahal
dari situ (jam analog) dia (murid) tidak hanya mengenal angka-angka dan
jam berapa tapi juga sudut-sudut. Itu numerasi," imbuhnya.
Karena
itu, Mu'ti mengajak seluruh pihak, khususnya pihak sekolah dan orang
tua agar menguatkan penanaman kemampuan numerasi dalam kehidupan
sehari-hari kepada anak-anak.
Selain
mampu membaca jam analog, ia juga ingin anak-anak Indonesia dapat
berhitung perkalian dasar tanpa menggunakan alat bantu kalkulator.
“Jangan
sampai ketika ada pertanyaan empat kali empat sama dengan berapa? Nah
jawabannya 16 itu harus pakai kalkulator dihitungnya,” katanya.
Lebih
lanjut, ia pun menambahkan kemampuan numerasi dapat ditingkatkan
melalui kebiasaan-kebiasaan yang menyenangkan, yang salah satunya
melalui peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) sebagai gerakan
nasional.
“Saya
berharap ini tidak sekedar menjadi seremonial belaka, tapi harus
menjadi bagian dari gerakan bersama untuk membangun budaya numerasi,
sebagai bagian dari kita membangun generasi Indonesia yang kuat,
generasi Indonesia yang hebat,” ujar Mu'ti.
Karena itu, ia berharap pembiasaan numerasi tersebut tidak hanya diselenggarakan di sekolah, namun juga di rumah.

ilustrasi orang tua mengajari anak di rumah
“Karena
itu, perlu juga ibu bapak orang tua yang juga membiasakan anak-anak
dengan numerasi. Belajar tidak terbatas di bangku sekolah, tapi juga
bisa kita laksanakan di rumah,” katanya.
Pada
kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Guru Tenaga Kependidikan dan
Pendidikan Guru (Dirjen GTKPG) Kemendikdasmen Nunuk Suryani menerangkan
peluncuran gerakan tersebut ditandai pula dengan peresmian Taman
Numerasi di 140 sekolah dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, yang
tersebar di 16 provinsi dan 13 desa.
Selain
peresmian Taman Numerasi, pihaknya juga telah menyusun sederet kegiatan
sebagai bagian dari Gerakan Numerasi Nasional, mulai dari penayangan
beberapa siniar tematik, seperti Jumat Numerasi dan Siniar Bincang
Numerasi, BIMTEK Matematika Gembira yang memberikan pembekalan bagi
guru, hingga penerbitan buku panduan numerasi bagi orang tua.
“Gerakan
ini tidak hanya berbasis kota, tapi juga ada di desa-desa yang menjadi
lokus sehingga gerakan ini diselenggarakan secara nasional,” tegas
Nunuk.

0 komentar :
Posting Komentar