![]() |
Ilustrasi |
Contoh mengeluhnya sopir angkot ini setidaknya disuarakan sopir Mikrolet 12 jurusan Kota-Senen. Mereka berharap pemerintah mengatasi persoalan ini karena ‘hilangnya’ Premium di pom-pom bensin merugikan sopir angkutan umum tersebut.
Penelusuran di lapangan, entah karena apa belakangan ini memang sudah banyak SPBU di wilayah Jakarta dan sekitarnya tidak lagi menyediakan Premium.
Publik yang biasa mengisi kendaraannya dengan Premium, terutama tentu sopir angkutam umum banyak bertanya seputar ‘hilangnya’ Premium. Kenapa? Karena bila angkutan umum diarahkan membeli bahan bakar minyak (BBM) yang lebih mahal maka akan membengkakkan biaya operasional.
Maklum setiap per liter bensin Premium dengan Pertalite atau Pertamax setidaknya ada selisih harga yang lumayan besar. Sesuai dengan data, seliter Premium Rp 6.550, Pertalite Rp7.500, sedangkan Pertamax Rp8.250.
Bagi pemilik kendaraan pribadi yang berkantong tebal selisih duit senilai itu mungkin tidak berarti. Sebaliknya untuk sopir angkutan umum selisih sebesar itu bisa jadi dirasakan memberatkan. Karena itu, bila memang stok Premium berlimpah tidak ada salahnya pemerintah mengatur kembali sistem penyediaan BBM di SPBU-SPBU.
SPBU boleh menyediakan BBM jenis Pertalite atau Pertamax dengan jumlah banyak, tetapi mereka juga didorong tidak lupa menjual Premium. Bukankah dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan erat dengan harga BBM.
Ingat Premium adalah bagian urat nadi perekonomian. Bila BBM ini dibiarkan ‘hilang’ atau diganti dengan jenis lain yang lebih mahal dipastikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
BBM mahal biasanya akan diikuti dengan melambungnya harga kebutuhan hidup sehari-hari. Sebelum terlambat, sekarang saatnya pemerintah mengatasi ‘hilangnya’ Premium di pasaran.
POS/RED
0 komentar :
Posting Komentar