![]() |
Warga dan anggota TNI membersihkan minyak di pesisir pantai akibat bocornya minyak Pertamina di Desa Cemara Jaya, Cibuaya, Kab. Karawang, Selasa (23/07/2019). (Imam Husein/Jawa Pos) |
KARAWANG, JMI -- Dampak tumpahan minyak di pesisir Karawang begitu dirasakan warga sekitar, terutama nelayan. Selama empat hari terakhir, tangkapan nelayan di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Karawang, terus menurun.
Yani Yohanes, salah satunya. Saat kondisi normal, Yani bisa menangkap udang 4 hingga 6 kilogram dalam sehari. Namun, saat ini tangkapannya tinggal 0,7 ons hingga 1,5 kilogram saja.
Penghasilannya pun turun drastis. Biasanya Yani bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 400 ribu per hari. Kini, dia hanya bisa mengantongi Rp 80 ribu sehari.
”Saya nggak ngerti bagaimana, tetapi udangnya jadi susah dicari,” tuturnya kemarin (23/7).
Pendapatan tersebut hanya cukup untuk menutup ongkos melaut, termasuk membeli solar maupun bekal makanan. ”Kalau melaut saja biayanya bisa Rp 80 ribu untuk yang dekat. Jika jauh bisa sampai Rp 200 ribuan,” terangnya.
Kisah Yani bisa jadi dirasakan banyak nelayan yang lain. Sebab, berdasar catatan PT Pertamina Hulu Energi (PHE), di antara 14 desa potensial terdampak di kawasan Karawang dan sebagian Bekasi, delapan desa sudah terdampak. Lapisan minyak telah sampai ke pantai. Namun, dari jumlah tersebut, lima desa telah bersih. Yakni, Tanjungpakis, Sedari, dan Sungaibuntu di Karawang serta Pantai Bahagia dan Bungin di Bekasi. Tiga desa lainnya, yakni Cemarajaya, Tambaksari, dan Pusakajaya, dalam proses pembersihan.
Enam desa lain yang potensial terdampak hingga kini terus dimonitor PHE ONWJ (Offshore North West Java). "Yang enam kami pantau supaya nanti kami lebih bisa mengantisipasi. Lebih sigap. Kami pakai satelit, setiap malam dilihat. Nanti ada pokmas (kelompok masyarakat) yang membantu menginformasikan,” jelas Vice President Relations PT Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya.
Kegiatan pembersihan pantai dilaksanakan bersama lebih dari 200 orang yang terdiri atas Emergency Response Team PHE dan kelompok masyarakat desa sekitar yang tersebar di beberapa titik pada Selasa (23/7). Hingga Senin (22/7), Emergency Response Team PHE ONWJ bersama masyarakat berhasil mengangkat ceceran minyak mentah di sebagian wilayah pantai.
Sebelumnya, ratusan personel dikerahkan untuk menyisir pantai sepanjang 6,2 km di lima wilayah. Yaitu, Tirtasari, Sedari, Tanjungsari, Cemarajaya, dan Karangsari. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengungkapkan, upaya meminimalkan dampak terhadap lingkungan di sekitar sumur YYA-1 terus ditingkatkan dengan memasang oil boom di delapan muara sungai. Yakni, Sungai Buntu, Muara Cemarajaya, Muara Pelangi, Muara Singkih, Muara Tangkorak, Pantai Sedari, Tambak Sari, dan Anak Sungai Sedari.
Sementara itu, di sekitar anjungan lokasi operasi PHE ONWJ, telah ditetapkan radius isolasi guna penyelamatan pelayaran. Pekerja kontraktor di rig milik PHE ONWJ pun dievakuasi sejak Minggu malam (21/7).
Kebocoran minyak terjadi lantaran ada gelembung gas di sumur migas lepas pantai YYA-1 area PHE ONWJ. Menurut Pertamina, sumur tersebut memang masih baru dan belum dibor. Setelah kejadian, Pertamina langsung menutup sumur tersebut. ”Gelembung itu sebenarnya indikasi ada yang tidak beres. Itu langsung kami tangani,” ungkap Fajriyah Usman.
Pihaknya hingga kini masih mencari penyebab kebocoran. Meski sudah ada indikasi, kata dia, terlalu dini untuk memaparkan kepada publik penyebab pastinya. "Indikasi sudah tahu, tapi perlu dikaji lebih lanjut. Fokusnya menangani dampak lingkungan terlebih dulu,” imbuhnya.
Di bagian lain, Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan siap menginvestigasi insiden tersebut jika ada laporan dari pihak yang merasa dirugikan. ”Kami pasti akan turun untuk mengecek,” kata Dirjen PSLB3 Rosa Vivien Ratnawati kemarin.
0 komentar :
Posting Komentar