WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Polemik Penggunaan Masker oleh Masyarakat

Opini Oleh: CHINTYA DELA VENIA
JENIS-JENIS MASKER
Masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan sebagai metode untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi digunakan untuk melindungi secara memadai pemakaiannya. 

Masker sendiri terdapat filter yang dapat memberikan perlindungan terhadap partikel-partikel yang dapat membahayakan pernafasan manusia. Masker sendiri memiliki banyak tipe, menurut Cohen dan Birdner masker mempunyai jenis antara lain Quarter Mask, Half Mask, Full Facepiece.

Pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Pandemi merupakan wabah penyakit yang terjadi pada geografis yang luas atau menyebar secara global. Kasus mewabahnya virus ini terjadi awal di kota Wuhan, China pada Desember 2019 lalu. Seiring berjalannya waktu virus ini menyebar diseluruh China dan Negara lain.

Semenjak mewabahnya virus COVID-19 (coronavirus disease 2019) antusiasme masyarakat terhadap pembelian masker sangat tinggi, sehingga menyebabkan kelangkaan stok masker di pusat perbelanjaan dan penimbunan masker yang di lakukan pribadi. Bahkan di Indonesia sendiri geger penggerebekan oleh aparat kepolisian teerhadap oknum yang menimbun masker di kediamannya dan menjualkan secara online dengan harga fantastis, selain itu ada juga oknum yang membuat pabrik produksi masker secara ilegal demi memanfaatkan situasi akibat melonjaknya kebutuhan masker dipasaran akibat virus ini.

Seperti yang dikutip dari Kompas.com, bahwa Kementerian Kesehatan RI dan ahli medis selalu menegaskan bahwa yang perlu memakai masker adalah orang sakit dan mereka yang melakukan kontak dengan pasien. "Gara-gara masker ini ditumpuk (pribadi), akhirnya orang yang membutuhkan masker tidak bisa pakai masker," kata Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari mengingatkan kepada masyarakat bahwa tindakan seperti itu justru akan membuat keadaan bisa jadi lebih buruk daripada kekhawatiran dan kewaspadaan masyarakat itu sendiri.

Menurut penjelasan Dr. Erlina Burhan Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDIP) sekaligus Dokter spesialis paru RSU Persahabatan dalam Indonesia Lawyer Club (ILC) di TVOne. Masker diprioritaskan bagi orang yang sedang sakit, dan juga petugas kesehatan. Dalam menghadapi antisipasi penyebaran virus COVID-19 ia merekomendasikan untuk menjaga kebersihan adalah dengan mencuci tangan setelah beraktifitas di tempat umum dan sebelum makan. Karena penyebaran virus melalui kontak langsung dengan penderita penyakit.

Ada pengecualian dalam hal tersebut jika seseorang yang berada di keramaian yang dimana kita tidak tahu akan di antara orang-orang tersebut mana yang sakit dan mana yang tidak.

Jenis masker yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat yaitu surgery mask dan masker N95 bahkan banyak produsen yang mendagangkan masker berbahan kain yang dapat dicuci dan dikeringkan kembali. Jadi, apakah penggunaan masker itu dapat menjamin seseorang terjaga dari virus?
JURNAL MEDIA INDONESIA PEDULI COVID-19
Mengutip Cuitan Ahli Bedah Umum Jorem Adams di Twitter, masker bedah itu hanya mampu melindungi diri dari tetesan besar dan semprotan, namun tidak terbukti untuk menyaring udara secara efektif. Dr. Erlina juga mengatakan penggunaan masker tidak menjamin seseorang dapat terhindar dari virus corona apabila ia tidak menjaga kebersihannya dalam sehari-hari. 

Masker tersebut digunakan dokter atau staf medis saat melakukan tindakan operasi guna mencegah percikan akan darah, atau percikan dari liurnya sendiri saat berbicara. Dalam bagian masker terdapat lapisan yang dapat menahan percikan air yang berasal dari liur, bersin, atau batuk.

Masker juga dapat bocor apabila penggunaanya tidak tepat, seperti kawat yang terletak di bagian hidung yang dimana apabila tidak direkatkan pada tulang hidung akan menyebabkan celah dan virus dapat masuk dibagian tersebut.

Masker bedah yang dianjurkan saja tidak dapat menjamin mencegah penyebaran virus melalui udara, apalagi masker yang dibuat bukan secara standar kesehatan, seperti masker yang dijual dipasaran. Masker tersebut terbuat dari kain, guna untuk melindungi pernapasan namun tidak ada filter didalamnya dan apabila basah ia akan lembab, justru ini tidak ada manfaatnya.

Banyak juga yang menyalahgunakan masker bagi orang yang tidak sakit, seperti penghalang debu jalan, khususnya para wanita yang takut riasan makeupnya luntur. Atau takut karena belum make up. Selain itu, masyarakat yang berbondong-bondong menumpuk masker tanpa pengetahuan langsung mengenai manfaat dan kegunaan masker yang benar. Sehingga keegoisan yang menjadikan seharusnya masker digunakan orang yang sakit, mereka sudah mendapatkannya karena pemborongan masker yang tanpa pertimbangan oleh orang-orang yang panik akan penyebaran virus ini.

Faktanya kelangkaan masker akibat pembelian masker yang notabenenya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki status ekonomi lebih tinggi dan juga rendahnya pengetahuan akan manfaat dan kegunaan masker sebenarnya, serta kecemasan masyarakat terhadap virus ini, maka terciptalah reaksi masyarakat yang tidak proposional yang disebut (Moral Panic). 

Entah kabar burung dari mana yang menyebabkan kepanikan masyarakat terhadap virus ini, sehingga memborong semua masker untuk kegunaan pribadi tanpa dilandaskan kesimpatisan dengan orang lain yang lebih membutuhkan. Dan juga munculah kejahatan yang terjadi akibat peristiwa ini dengan membuat masker secara ilegal dan menjualnya dengan harga yang tidak masuk diakal.

Untung saja pemerintah cepat tanggap dan menindak semua oknum yang melakukan hal yang tidak terpuji tersebut, sehingga kelangkaan masker kini kian lama teratasi, dan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah mengenai penggunaan dan manfaat masker serta tata cara penanganan agar terhindar dari virus COVID-19, dengan cara menjaga kebersihan yang sangat berguna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Kini kita seharusnya tidak usah panik dan cemas akan penyebaran virus ini, dan akhirnya dapat mengetahui bagaimana pemanfaatan masker yang sebenarnya. Dalam mengantisipasi penyebaran COVID-19 menjaga kebersihan sangat utama agar dapat menghindari kita semua dari penyakit dan virus serta membatasi berpergian keluar rumah sesuai intruksi Pemerintah.

Opini Oleh: CHINTYA DELA VENIA
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Peringatan Hari Santri 2024, Tingkat Kabupaten Subang Bertempat di Alun-alun Subang

Subang, JMI  - Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Subang, H. Asep Nuroni, S.Sos., M.Si., didampingi oleh Ketua Dharma Wanita Pe...