WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Mengenal Suku Baduy Dalam dan Luar


Banten, JMI - Masyarakat Kanekes atau yang sering kita sebut dengan Masyarakat Baduy secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Tangtu, Panamping, dan Dangka (Permana, 2001). Kelompok Tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung : Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik.

Kelompok masyarakat Panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya.

Baduy Dalam

Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka. Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain :

1. Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
2. Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
3. Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
4. Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
5. Menggunakan Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Baduy Luar

Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di Baduy Luar dan Baduy Dalam itu hampir sama, tetapi Baduy Luar lebih mengenal teknologi di banding Baduy Dalam.

Ada beberapa Penyebab warga Baduy yang masuk menjadi golongan Baduy Luar, diantaranya Mereka telah melanggar adat masyarakat Baduy Dalam, Berkeinginan untuk keluar dari Baduy Dalam dan Menikah dengan anggota Baduy Luar & ciri-ciri masyarakat pun berbeda, Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Baduy, termasuk warga Baduy Luar.

Mereka menggunakan peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Baduy Dalam. Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.

Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans. Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik. Mereka tinggal di luar wilayah Baduy Dalam.

Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam menjalankan pikukuh atau aturan adat saat pelaksanaannya. Jika Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik, sebaliknya tidak dengan saudaranya Baduy Luar. Selain itu ada terdapat pula perbedaan cara berpakaian serta pembuatan rumah suku baduy dalam dan baduy luar. Dan Cara Berpakaian Orang Baduy Dalam memakai pakaian berwarna putih, dan juga ikat kepala berwarna serasi. Warna putih melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar.Bahan kain Baduy Dalam kasar dan terbuat dari kapas.

Ikat kepala orang Baduy Dalam pun terbagi menjadi dua, Koncer dan Telekung. Koncer khusus untuk pria yang masih muda, sedangkan Telekung bagi mereka yang sudah tua. Ikat kepala Koncer ini bisa menutup kepala, dan bisa juga bebas, tetapi bagi mereka yang mengenakan Telekung, diwajibkan untuk menutup seluruh bagian kepala lho, tanpa ada helai rambut sedikit pun.

Kebanyakan orang Baduy Dalam membuat baju selama satu minggu dan tidak diperbolehkan berwarna-warni. Itupun mereka mengerjakannya dengan tangan sendiri. Baduy Luar mengenakan ikat kepala berwarna biru bermotif batik. Baduy Luar memiliki bahan kain yang licin, halus, dan tidak selalu berbahan kapas, alias bebas. Bahkan ada peraturan yang menyebutkan kalau orang Baduy Luar boleh memakai pakaian Baduy Dalam, tapi orang Baduy Dalam tidak boleh memakai pakaian Baduy Luar.

Ini sudah adatnya, karena orang Baduy Luar lah yang mengikuti cara berpakaian Baduy Dalam. Baduy Luar yang menggunakan baju serba hitam atau biru tua saat melakukan aktivitas.Romar, ikat kepala berwarna biru bermotif batik ini digunakan oleh orang Baduy Luar. Pakaian orang Baduy Luar bisa dikerjakan dalam hitungan menit. Cukup lima menit dengan mesin jahit. Dilihat dari Pembangunan Rumah pun berbeda dalam Proses kelestarian alam juga sangat berlaku saat membangun rumah adat mereka yang terbuat dari kayu dan bambu.

Terlihat dari kontur tanah yang masih miring dan tidak digali demi menjaga alam yang sudah memberi mereka kehidupan. Rumah-rumah di sini dibangun dengan batu kali sebagai dasar pondasi, karena itulah tiang-tiang penyangga rumah terlihat tidak sama tinggi dengan tiang lainnya.

Terdapat 3 ruangan dalam rumah adat Baduy dengan fungsinya yang masing-masing berbeda. Bagian depan difungsikan sebagai penerima tamu dan tempat menenun untuk kaum perempuan. Bagian tengah berfungsi untuk ruang keluarga dan tidur, dan ruangan ketiga yang terletak di bagian belakang digunakan untuk memasak dan tempat untuk menyimpan hasil ladang dan padi.

Semua ruangan dilapisi dengan lantai yang terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan pada bagian atap rumah, serat ijuk atau daun pohon kelapa. Rumah suku Baduy dibangun saling berhadap-hadapan dan selalu menghadap utara atau selatan. Faktor sinar matahari yang menyinari dan masuk ke dalam ruangan menjadi pemilihan mengapa rumah di sini dibangun hanya pada dua arah saja.

Kalau orang Baduy Dalam, dalam membangun rumah mereka sama sekali tidak memakai paku ketika membangun rumah. Namun, orang Baduy Luar dalam membangun rumah mereka boleh memakai palu, gergaji dan alat-alat lainnya.

Dalam segi Hubungan Sosial Masyarakat suku Baduy Dalam hingga saat ini masih mempertahankan budaya mereka yaitu dengan mengisolasi diri mereka dari pengaruh dunia luar, sedangkan untuk suku Baduy Luar mereka cenderung lebih terbuka atau tidak terlalu mengisolasi diri dari pengaruh dunia luar.

Suku Baduy Luar masih mau menerima budaya-budaya modern namun tidak semua budaya tersebut mereka terima. Sedangkan untuk masyarakat suku Baduy Dalam tidak mau menerima budaya yang datang dari luar daerahnya, mereka berpendapat bahwa budaya tersebut dapat merusak budaya dari leluhurnya.

Masyarakat Baduy Luar sudah terkontaminasi dengan budaya luar selain Baduy. Penggunaan barang elektronik dan sabun diperkenankan ketua adat yang di sebut Jaro untuk menopang aktivitas dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu, Baduy Luar juga menerima tamu yang berasal dari luar Indonesia, mereka diperbolehkan mengunjungi hingga menginap di salah satu rumah warga Baduy Luar.

JMI/Bob/red
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Ketua FKDT Kab.Subang Kritik Pelaksanaan PPDB yang Tidak Cantumkan Ijazah, MD Disdikbud Subang Tak Jalankan Aturan Perda dan Perbup Madrasah Diniyah

SUBANG, JMI – Semakin dekat jelang pelaksanaan penerimaan peserta Didik Baru (PPDB) 2024, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Forum Komunikasi Din...