JURNAL MEDIA INDONESIA - Bang Jemi memutuskan hari ini wartegnya libur. Selain istrinya sakit flu tapi juga ingin istirahat, setelah beberapa hari berjibaku memeras otak menyiasati "tambal sulam" harga berbagai lauk yang dijual ditengah harga kebutuhan merangkak naik, biasa tradisi menjelang Ramadhan.
Tradisi harga kebutuhan pokok naik menjelang Ramadhan sudah dianggap hal biasa, jadi Pemerintah juga merasa " tidak berdosa " menanggapi hal ini. Seperti biasa, mengkambinghitamkan distribusi, kondisi alam yang menyebabkan gagal panen dan sebagainya yang sebenarnya hanya menutupi ketidakmampuan mengatasi permasalahan itu. Apa boleh buat, rakyat juga yang kelimpungan terutama rakyat bawah.
Bang Jemi berandai-andai jika pejabat yang berwenang mengurus masalah harga kebutuhan pokok dari golongan orang miskin, tentu akan semangat 45 mengatasi soal harga. Kalau tidak, bakal panas telinganya diomelin sang istri yang meracau setiap dari belanja di tukang sayur. Pastinya akan tahu susahnya hidup jika harga kebutuhan pokok naik.
Sudah ganti Presiden, deretan Menteri yang mentereng juga telah dipasang. Program 100 hari juga telah dicanangkan, kurang apa coba ??. Para Menteri juga dari kalangan yang " Sakti Mandraguna " pada bidangnya, ditambah lagi Utusan Khusus Presiden, sungguh luar biasa. Pokoknya ibarat mobil, ini masuk mobil mewah. Hanya masalahnya apakah termasuk mobil mewah tapi kurang tenaga karena mesin masih uji coba ??.
Sembari minum kopi, Bang Jemi buka-buka berita online dari HP bututnya yang buluk, itupun wifi numpang tetangga sebelah. Sebagai rakyat jelata yang awam, Bang Jemi kurang paham akan apa itu politik balas budi, politik rekonsiliasi, politik konsolidasi dan istilah-istilah lainnya. Bang Jemi hanya tahu bahwa para menteri tentu benar-benar orang yang tepat dan berkompeten penuh pada bidangnya.
Namun dari berbagai " kisah " bak telenovela, dari 1 hari sampai 100 hari kisahnya hanya drama penuh blunder. Memang benar para Menteri Pembantu Presiden sudah bekerja. Namun ada beberapa Menteri nampaknya kebingungan menentukan apa yang hendak dikerjakan. Berharap gebrakan yang dikerjakan tapi ujungnya blunder yang terjadi. Pada akhirnya tercipta kesan " yang penting terlihat kerja dengan keputusan-keputusan yang dibuat justru meresahkan dan menyulitkan rakyat.
Beberapa Menteri juga Utusan Khusus Presiden malah membuat keputusan dan melakukan hal-hal yang membuat gaduh atas pekerjaannya "yang penting terlihat kerja".
Bang Jemi membuka lagi drama-drama yang "diproduksi" para Menteri dan Utusan Khusus Presiden, diantaranya :
1 . Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra soal pernyataannya tentang peristiwa 1998.
Yusril menjelaskan pandangannya bahwa peristiwa 1998 bukan pelanggaran HAM. Tak pelak pernyataan Yusril menimbulkan kegusaran publik. Akhirnya klarifikasi muncul ( 22/10/2024), Yusril berkilah bahwa konteks pertanyaan media tidak begitu jelas, apakah berkaitan dengan genosida atau pembantaian etnis.
2 . Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto.
Viral penggunaan kop surat Kementerian Desa yang dilakukan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto.
Yandi Susanto mengumpulkan kades hingga RT di Serang Banten menggunakan kop Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Aksi Yandi sontak menuai perdebatan
3 . Menteri HAM Natalius Pigai, menuai polemik buntut keinginannya mengusulkan anggaran Kementerian HAM senilai Rp 20 triliun.
Pigai mengaku bahwa salah satu keinginannya adalah membangun Universitas HAM bertaraf internasional.
Kata dia, anggaran Kementerian HAM yang saat ini hanya Rp 64 miliar tidak cukup untuk mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto di bidang HAM.
Pernyataan Pigai ini menuai sorotan lantaran tiba-tiba meminta anggaran Rp 20 triliun.
Buntut statementnya, dipanggil oleh Komisi XIII DPR RI.
4 . Menteri Kelautan dan Perikanan,Sakti Wahyu Trenggono disorot gegara pernyataannya soal pagar laut.
Setelah pasukan TNI AL telah melakukan pembongkaran pagar laut di perairan Tangerang, Trenggono justru bersikap beda.
5 . Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri didemo pegawai lantaran diduga melakukan tindak kekerasan dan pemecatan sepihak terhadap ASN di lingkungan Kemendikti Saintek.
Pegawai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menggelar aksi protes dugaan pemecatan pegawai tak sesuai prosedur oleh Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro.
6. Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad berulah terkait penggunaan patroli dan pengawalan atau patwal.
Diketahui, video mobil dinas RI 36 sempat viral di media sosial usai menerobos jalan Ibu Kota sambil dikawal petugas patwal.
Hal ini lantas menimbulkan kritik dari masyarakat yang menilai penggunaan patwal secara sembarangan dapat mengganggu pengguna jalan lain.
7 . Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah akhirnya mundur dari jabatannya di Kabinet Merah Putih sebagai Utusan Khusus Presiden. Hal ini karena viral Gus Mifta dianggap menghina penjual Es Teh.
8. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, membuat gaduh Indonesia dengan kebijakannya soal pelarangan penjualan gas elpiji 3 kg di pengecer atau warung kelontong.
Sudah sejak Sabtu (1/2/2025), gas mulai langka di pengecer, dan masyarakat mulai kebingungan memenuhi kebutuhan energi untuk memasak itu.
Dan masih ada beberapa kinerja Menteri yang justru membuat gaduh dan blunder di Negeri ini. Yah, apa karena agar keliatan kerja, jadi akhirnya hal-hal yang justru mencoreng Kabinet yang masih seumur jagung ini dipertanyakan.
Bang Jemi masih asyik membuka-buka situs media online. Nah ini pikirnya, Bang Jemi mengerutkan kening membaca berita sebuah band yang lagi viral. Sebuah Band Punk asal Purbalingga, Jawa Tengah. Band Sukatani yang menghebohkan lantaran lagunya Bayar Bayar Bayar, sangat berani mengkritik Polisi.
Dalam hati Bang Jemi membenarkan lirik lagu Band Sukatani itu. Sudah jadi rahasia umum bahwa apa yang " dikatakan " pada lagu itu yah seperti itu dan rahasia umun itu sebenarnya bukan rahasia lagi.
Kalau boleh berandai-andai jika ada yang berani membuat polling tentang " rahasia umum " pada lirik lagu Bayar Bayar Bayar itu tentu akan lebih gamblang lagi. Meski kenyataan itu sulit mendapatkan data, bukti dan saksi. Ada beberapa yang muncul di permukaan dan sempat viral tapi lebih banyak yang hanya remang-remang.
Yah, itu hanya oknum meski harusnya istilah oknum itu merujuk pada orang yang tidak terlalu banyak. Jika segelintir itulah oknum tapi kalau " segelontor " namanya banjir, Bang Jemi tertawa sendiri dengan istilahnya.
Pewarta: By Bayu N'Plus


0 komentar :
Posting Komentar