WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Gunung Ile Lewotolok (NTT) Erupsi 241 Kali dalam Sehari, Warga Diminta Siaga

Erupsi Gunung Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT, Minggu (29/11/2020)

 

LEMBATA, JMI – Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. Dalam kurun waktu hanya satu hari, tercatat ratusan kali letusan yang disertai dengan lontaran material vulkanik dan dentuman keras, menandakan kondisi gunung yang sedang aktif dan tidak bisa dianggap remeh.

Menurut laporan Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, pada Jumat (30/5/2025) mulai pukul 00.00 hingga 24.00 WITA, tercatat 241 kali letusan dengan tinggi kolom abu mencapai 300 hingga 1.000 meter. Asap yang keluar dari kawah tampak berwarna kelabu, menandakan adanya kandungan material vulkanik dalam jumlah besar.

"Teramati 241 kali letusan dengan tinggi 300-1.000 meter dan warna asap kelabu," jelas Stanislaus Ara Kian, petugas PGA Ile Lewotolok, dalam keterangannya, Sabtu (31/5/2025).

Lava Pijar dan Gemuruh Mengerikan

Letusan-letusan tersebut disertai suara gemuruh yang sedang hingga kuat, serta lontaran lava pijar yang meskipun sebagian besar masih berada di dalam kawah, sesekali terlihat meluncur ke arah selatan dan tenggara, sejauh 300 hingga 600 meter dari pusat erupsi.

Situasi ini tentu meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan ancaman terhadap permukiman warga yang berada di lereng atau kaki gunung. Selain letusan, aktivitas kegempaan gunung juga cukup padat dan menunjukkan dinamika yang aktif.

Rangkaian Aktivitas Vulkanik

Berdasarkan data seismogram, gempa akibat letusan tercatat memiliki amplitudo antara 19,5 hingga 87,5 mm dengan durasi antara 25 hingga 47 detik. Selain itu, dalam periode pemantauan yang sama, tercatat pula:

·         2 kali gempa guguran

·         244 kali embusan

·         4 kali tremor non-harmonik

·         7 kali tremor harmonik

·         1 kali gempa tektonik jauh


Secara visual, gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut tipis. Asap kawah bertekanan lemah terpantau berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal, membumbung hingga 500 meter dari puncak.

Cuaca di sekitar gunung relatif mendukung pengamatan, dengan langit cerah hingga mendung. Angin bertiup lemah ke arah barat dan barat laut, sementara suhu udara berkisar antara 24–30°C.

Status Waspada, Warga Diminta Siaga

Saat ini, Gunung Ile Lewotolok berada pada Status Level II (Waspada). Artinya, aktivitas vulkanik masih berada dalam tingkat menengah, namun berpotensi meningkat. Stanislaus Ara Kian mengimbau agar masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar lereng gunung, tetap waspada terhadap kemungkinan guguran lava dan sebaran abu vulkanik, yang dapat mengganggu aktivitas warga, kesehatan, serta keselamatan.

“Warga di sekitar lereng agar tetap siaga dan memperhatikan informasi resmi dari otoritas terkait. Potensi guguran material dan abu masih mungkin terjadi dan bisa berdampak pada permukiman,” tegas Stanislaus.

Langkah Antisipatif yang Diperlukan

Masyarakat diimbau untuk menggunakan masker dan pelindung mata saat beraktivitas di luar ruangan, terutama jika angin membawa abu ke arah permukiman. Selain itu, warga juga diminta tidak melakukan aktivitas dalam radius yang telah ditentukan sebagai zona rawan.

Pemerintah daerah dan aparat terkait diharapkan terus bersinergi untuk memantau situasi dan memastikan jalur evakuasi tetap terbuka serta fasilitas darurat siap digunakan sewaktu-waktu.

Gunung Ile Lewotolok, yang sebelumnya pernah mengalami erupsi besar pada 2020, kini kembali menunjukkan potensi aktivitas besar. Waspada dan kesiapsiagaan menjadi kunci utama dalam menghadapi dinamika alam yang tidak bisa diprediksi secara pasti.

 

 

 

Sumber: Kompas.com

Editor: Kurnia Sapri 

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar