WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Kemarau Rasa Hujan, BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Tak Menentu

Pejalan kaki menggunakan payung saat hujan deras di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah apabila Jakarta mengalami cuaca ekstrem.



JMI - Sejumlah wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun di sisi lain hujan juga masih sering mengguyur. Kenapa sudah musim kemarau tapi masih hujan?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memasuki periode minggu terakhir Mei 2025, dinamika cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia masih menunjukkan pola peralihan musim dengan cuaca yang cepat berubah, cenderung cerah pada pagi menjelang siang hari, tapi hujan pada sore hingga malam hari.

"Meskipun sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau, curah hujan yang terindikasi signifikan masih kerap terjadi, terutama pada sore hingga malam hari," kata BMKG dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan 20-26 Mei 2025, Selasa (20/5).

"Di sisi lain, suhu udara yang menyengat pada siang hari terasa relatif lebih hangat akibat kelembaban udara yang lembab," lanjut BMKG.

Menurut BMKG kondisi atmosfer dapat menjadi sangat labil akibat interaksi suhu permukaan laut, tekanan udara, dan kelembaban yang tinggi.

Hal ini memungkinkan pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat, petir, angin kencang, hingga hujan es.

BMKG mencatat dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat memicu bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah, di antaranya Aceh, Sumatra Barat, Jambi, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan lainnya.

Kejadian tersebut, kata lembaga, tidak hanya disebabkan mekanisme konvektivitas lokal yang sering terjadi pada masa peralihan, melainkan juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer berskala lebih luas, seperti aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial juga memberikan pengaruh signifikan dalam memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan, khususnya di bagian barat dan tengah Indonesia.

"Meskipun lebih banyak wilayah terindikasi memasuki awal musim kemarau pada akhir bulan Mei akibat Monsun Australia yang diprakirakan menguat, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih berpotensi terjadi akibat aktivitas MJO dan gelombang atmosfer tersebut," ujar BMKG.


Sumber: CNN Indonesia

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar