JURNAL MEDIA Indonesia - Presiden Prabowo Subianto memutuskan
menolak pengunduran diri Hasan Nasbi sebagai Kepala Kantor Komunikasi
Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO). 
Kepala Negara tetap mempertahankan posisi Hasan meskipun yang bersangkutan sempat menuai kritik akibat blunder komunikasi publik. Salah satunya pernyataan Hasan Nasbi terkait teror kepala babi ke jurnalis Tempo.
Pernyataan Hasan Nasbi yang menyuruh
memasak kepala babi tersebut dinilai menunjukkan sifat yang tidak punya empati.
Dia juga dianggap tidak mendukung kebebasan pers.
Keputusan Prabowo ini berbeda ketika Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus
Miftah yang memilih mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden
Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Pengunduran diri itu terjadi usai dirinya viral karena dianggap mengolok-olok
penjual es teh saat berceramah di Magelang, Jawa Tengah, pada 27 November 2024.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai posisi
Hasan Nasbi sebagai jurubicara yang melekat dengan wajah pemerintah menjadi
alasan diberikannya kesempatan kedua.
“Jubir itu identik dengan pemerintah. Jadi, blunder kemarin masih dianggap
wajar dan PCO diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki model
komunikasinya,” ujar Adi, Kamis 8 Mei 2025.
Sementara itu, menurut Adi, posisi utusan khusus seperti Gus Miftah tidak
terlalu melekat dengan wajah pemerintahan, karena tidak tampil rutin di hadapan
publik.
"Penampilan utusan khusus presiden dihadapan publik tidak tiap saat dan
tidak day to day memberikan respons politik, berbeda dengan Jubir,"
jelas analis politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
sumber: rmol
0 komentar :
Posting Komentar