WASHINGTON, JMI -- Presiden
Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia mempertimbangkan mengebom
kembali Iran. Menjawab pertanyaan wartawan BBC di Ruang Oval Gedung
Putih, Jumat (27/6/2025), Trump mengatakan, AS "tak akan ragu"
menyerang Iran jika kembali memperkaya uranium ke level bom atom.
Dalam pidatonya pada Kamis (26/6/2025), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, serangan AS tidak mengakibatkan kerusakan signifikan di Iran. Menurut Khamenei, AS membesar-besarkan dampak kerusakan fasilitas nuklir Iran.
Trump sehari kemudian merespons lewat unggahannya di Truth Social, mengulang kembali klaimnya bahwa, fasilitas nuklir Iran dalam kondisi 'hancur total' usai dibom AS.
Ia pun mengeklaim tahu secara pasti di mana tempat Ayatollah Khamenei selama ini berlindung dan telah mencegah Israel dan militer AS membunuhnya. Trump nampak kesal dengan pidato Khamenei.
"Mengapa seorang yang disebut sebagai 'Pemimpin Tertinggi' Ayatollah Ali Khamenei, dari negara perang Iran, mengatakan sebegitu jelasnya dan bodohnya bahwa dia memenangi perang atas Israel, saat dia tahu pernyataannya adalah kebohongan," kata Trump.
Trump mengeklaim bahwa dia telah "mengupayakan kemungkinan pencabutan sanksi" namun kemudian memutuskan untuk segera membatalkannya setelah Khamenei merilis pidato yang dinilainya sebagai "amarah, kebencian, dan kemuakan".
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan, bahwa rezim Israel tak punya pilihan untuk lari meminta bantuan kepada 'ayah' Donald Trump untuk menghindari negaranya diratakan oleh rudal-rudal Iran. Dalam unggahannya di X, Jumat (27/6/2025), Araghchi juga menyinggung pernyataan Trump yang dinilainya telah menebar ancaman terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, menggambarkan Trump sebagai 'ayah' dalam konteks perang Iran dan Israel. Trump mengilustrasikan Iran dan Israel seperti "dua anak dia lapangan sekolah" yang terlibat dalam sebuah "perkelahian besar".
Dalam unggahannya di X, Araghchi mengatakan, "Rakyat Iran yang kuat dan hebat, yang menunjukkan kepada dunia bahwa rezim Israel TIDAK PUNYA PILIHAN kecuali LARI ke 'ayah' untuk menghindari diratakan oleh rudal-rudal kami, tidak menerima ancaman dan hinaan dengan baik hati. Jika ilusi mengantar kepada kesalahan yang lebih buruk, Iran tidak akan ragu untuk mengungkap Kemampuan Aslinya, yang tentunya akan MENGAKHIRI delusi apapun tnteng kekuatan Iran."
Araghchi juga mengingatkan Trump untuk tidak mengancam Ayatollah Ali Khamenei. "Jika Presiden Trump benar-benar menginginkan sebuah kesepakatan, dia harus meninggalkan sikap tak menghormati dan nada bicara yang tidak bisa diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, dan berhentilah menyakiti jutaan pengikutnya," tulis Araghchi.
Iran meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam ancaman yang baru-baru ini dilontarkan Israel dan AS terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Permintaan itu disampaikan secara resmi oleh Perwakilan Tetap Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani.
Presiden AS Donald Trump pada Jumat (27/6/2025) menulis di Truth Social bahwa dia "tahu persis" di mana Khamenei berada, tetapi tidak akan membiarkan Israel atau militer AS "mengakhiri hidupnya." Trump mengeklaim bahwa ia menyelamatkan Khamenei "dari kematian yang sangat buruk dan memalukan."
"Ancaman sembrono dan disengaja oleh pejabat senior tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap Piagam PBB, khususnya Pasal 2(4), yang secara tegas melarang ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara," kata utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, dalam suratnya pada Jumat.
"Mereka juga melanggar prinsip-prinsip hukum internasional yang sudah kukuh, termasuk hak Kepala Negara untuk tidak diganggu gugat, dan merupakan hasutan yang jelas untuk melakukan terorisme negara," imbuh surat tersebut.
sumber: republika
editor: alkhadafi
0 komentar :
Posting Komentar