Moskow, JMI – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan rencana keras untuk membatasi akses media sosial dan penjualan senjata tajam kepada anak-anak dan remaja, menyusul tragedi penusukan yang menewaskan seorang pegawai sekolah oleh seorang siswa berusia 15 tahun di kota Nogent, wilayah timur laut Prancis, pada Selasa (10/6).
Dalam wawancaranya dengan penyiar nasional France 2, Macron menegaskan bahwa larangan total penggunaan media sosial bagi anak di bawah usia 15 tahun akan segera diterapkan, jika tidak ada langkah tegas dari tingkat Uni Eropa dalam beberapa bulan ke depan.
“Kita harus melarang media sosial bagi anak berusia di bawah 15 tahun. Saya memberikan Eropa waktu beberapa bulan untuk bertindak. Jika tidak, Prancis akan memulainya lebih dulu. Kita tidak bisa menunggu lebih lama,” kata Macron tegas.
Tindakan Radikal Atasi Ancaman Digital dan Kekerasan
Langkah ini bukan muncul tiba-tiba. Pada April lalu, mantan Perdana Menteri Prancis Gabriele Attal juga telah menyampaikan usulan serupa: melarang media sosial bagi anak-anak dan membatasi akses malam hari untuk remaja di atas 15 tahun. Usulan ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk memerangi kecanduan internet dan menurunkan eksposur anak terhadap konten kekerasan serta perilaku menyimpang di dunia maya.
Di saat yang sama, Macron juga menyoroti semakin meluasnya ancaman kepemilikan senjata tajam oleh remaja, termasuk yang diperoleh secara daring. Ia menyatakan pemerintah akan memperketat regulasi penjualan senjata tajam, baik secara langsung maupun melalui platform online.
“Kita akan memperkenalkan sanksi keuangan dan larangan yang lebih ketat. Seorang remaja 15 tahun tidak akan bisa membeli pisau secara daring lagi,” ujar Macron.
Peringatan Serius dari Pemerintah
Perdana Menteri Prancis saat ini, François Bayrou, turut mendukung langkah tegas tersebut. Dalam pernyataannya di media sosial, ia menyebut bahwa ancaman dari senjata tajam telah mencapai tingkat kritis, dan menyebutnya sebagai "wabah sosial" yang perlu ditangani secara serius.
“Kami harus menjadikan fenomena ini sebagai musuh publik. Penyebarannya sudah terlalu luas,” tulis Bayrou dalam unggahannya.
Tragedi di Sekolah Menengah: Titik Balik Kebijakan
Langkah-langkah baru ini muncul setelah tragedi memilukan di sebuah sekolah menengah di Nogent, di mana seorang siswa laki-laki berusia 15 tahun menusuk seorang pegawai sekolah perempuan secara berulang-ulang menggunakan pisau. Peristiwa itu juga menyebabkan seorang petugas polisi terluka saat mencoba melumpuhkan pelaku.
Pegawai sekolah yang menjadi korban akhirnya meninggal dunia akibat luka tusuk yang dideritanya, mengguncang dunia pendidikan Prancis dan menimbulkan kekhawatiran luas terkait keamanan sekolah serta perilaku kekerasan di kalangan remaja.
Pemerintah Prancis kini tengah menyelidiki latar belakang pelaku dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tindakan brutal tersebut. Akses terhadap konten kekerasan dan kebebasan memperoleh senjata tajam menjadi dua fokus utama yang ditindaklanjuti secara nasional.
Editor: Kurnia Sapri S.H

0 komentar :
Posting Komentar