WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Di Kampungnya, Mantan Preman Kalijodo Ini Memilih Jadi Sopir Angkot

Polewali, JMI - Sebelum sosok Daeng Azis dikenal sebagai penguasa Kalijodo, ada banyak tokoh dan penguasa lain yang dikenal memiliki reputasi karena keberanian dan nyali besarnya di wilayah yang sama.

Salah satunya adalah Udin Gondrong, yang berasal dari Mandar, Sulawesi Barat. Udin yang bergabung dengan Macan Mandar ini sempat menjadi penguasa Kalijodo yang disegani selama bertahun-tahun.

Kini, Udin Gondrong memilih bertobat dan meninggalkan dunia hitam.

"Saya bersyukur bisa lepas dari kehidupan dunia glamor Kalijodo," kata Udin Gondrong.

Udin kini memilih hidup sederhana menjadi sopir angkot di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang jauh dari ingar bingar kehidupan Kalijodo di Jakarta.

"Saya sekarang hidup lebih tenang dan hidup sederhana bersama istri dan anak-anak saya tanpa rasa khawatir," sebutnya.

Meskipun penghasilannya sebagai sopir angkot tergolong kecil dibandingkan saat ia menjadi penguasa Kalijodo yang mendapat setoran, Udin mengaku kini hidup lebih tenang dan bahagia bersama keluarganya.

Saat ditemui sejumlah awak media, Udin menceritakan banyak hal mengenai Kalijodo pada era tahun 1990-an hingga tahun 2000.

Menurut Udin, saat itu Daeng Azis bukanlah preman yang disegani dan diperhitungkan. Namun, karena memiliki modal banyak, Daeng Azis membangun sebuah bar hingga berkembang pesat dan menjadi penguasa Kalijodo.

Udin Gondrong, mantan penguasa Kalijodo sebelum Daeng Azis.
Udin kini memilih menjadi sopir dan hidup sederhana bersama istri dan anak-anaknya
di kampung halamannya di Polewali Mandar Sulawesi Barat.
Udin menyebutkan, berakhirnya masa keemasan preman asal Mandar, yang dikenal dengan sebutan Macan atau Mandar Macanga yang berarti "para pemberani", bermula saat terjadinya perebutan kekuasaan di Kalijodo dengan kelompok Bugis yang bergabung dengan kelompok Banten dan kelompok Kulon.

Kombes Krishna Murti yang ketika itu merupakan Kapolsek Penjaringan memediasi kelompok Makassar dan Mandar.

"Setelah ada kesepakatan damai pimpinan kelompok Mandar, Pak Usman memilih menarik diri untuk mencegah bertambahnya korban. Pak Usman meninggalkan Kalijodo dan memilih hidup di Palu," sebutnya.

"Anak-anak Mandar kemudian menyebar ke berbagai tempat sampai akhirnya Daeng Aziz yang menguasai Kalijodo," tambah dia.

"Tampang kumis tebal dan rambut gondrong memang menyeramkan, tetapi dia sosok bapak yang penyayang dan bertanggung jawab," ujar Nurhaeda, yang ditemui di rumahnya, Senin (29/2/2016).

Nurhaeda mengaku lega, suaminya bisa melepaskan diri dari jeratan kehidupan Kalijodo.

Kini, mantan preman Kalijodo yang disegani pada era tahun 1990-an tersebut hidup tenang dengan istri, tujuh putra dan putri, serta dua cucu.

(juntak/kps/red.....)
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Prof H Amran Suadi Optimis Kaspudin Nor Lolos Menjadi Dewas KPK

JAKARTA, JMI – Sebanyak 146 calon Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dinyatakan lolos pada seleksi admi...