Jakarta JMI, Langit malam hari ini, Jumat (29/7), jadi awal rangkaian hujan meteor yang berlangsung selama tiga hari. Warga RI bahkan bisa melihat 16 meteor per jam!
Peneliti Utama bidang Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan itu terkait dengan fenomena hujan meteor Alpha-Capricornids dan Delta-Aquariids.
Menurutnya, dua hujan meteor ini terjadi di langit selatan sehingga cocok diamati dari Indonesia. Kapan waktu yang tepat untuk memantaunya?
Pertama, hujan meteor Delta Aquariids. Thomas menyebut warga RI dapat mengamatinya pada Jumat hingga Sabtu (29/7 - 30/7) mulai pukul 23.00 WIB di ufuk timur. Puncaknya sekitar pukul 02.00 WIB di langit selatan.
Menurutnya, pula Delta-Aquariids ini tergolong hujan meteor yang agak kuat.
"Ada 16 meteor per jamnya. Tapi, untuk melihat hujan meteor ini persyaratannya kondisi cuaca harus cerah, medan pandang ke langit selatan tidak terhalang oleh gedung dan pohon, juga jauh dari polusi cahaya," ujarnya, melalui keterangan tertulis, Jumat (8/7).
Dari mana sumber meteor ini? "Debu-debu komet 96P/Machholz diduga menjadi sumber hujan meteor ini," jawabnya.
Kedua, hujan meteor Alpha-Capricornids. Thomas mengatakan ini bisa diamati pada Sabtu hingga Minggu (30/7 - 31/7) mulai pukul 20.00 WIB di ufuk timur.
"Namun waktu terbaik adalah setelah lewat tengah malam di arah langit selatan. Diperkirakan ada sekitar 5 meteor per jam yang tampak melintas di langit," ungkapnya, dikutip dari situs BRIN.
"Hujan meteor ini berasal dari gugusan debu komet 169P/NEAT yang berpapasan dengan bumi," imbuh dia.
Hujan meteor, kata Thomas, merupakan fenomena astronomi tahunan yang terjadi ketika sejumlah meteor tampak meluncur silih berganti dari titik tertentu di langit. Meteor tampak seperti bintang jatuh atau bintang berpindah. Meteor sendiri merupakan batuan atau debu antar-planet yang memasuki atmosfer lalu terbakar karena gesekan atmosfer. "Debu-debu komet yang berukuran kecil kecil memasuki atmosfer bumi lalu terbakar menampakkan seperti bintang jatuh. Walau jumlah meteornya sedikit, kadang-kadang hujan meteor ini menampakkan meteor terang dari sisa-sisa komet yang berukuran lebih besar," jelas dia. Thomas menambahkan gabungan dua hujan meteor di langit selatan menjadi daya tarik bagi pengamat langit di Indonesia. Diharapkan, kondisi kemarau dan tanpa gangguan cahaya bulan membuat pengamatan hujan meteor lebih menarik. Ia menganjurkan untuk memilih lokasi pengamatan yang minim gangguan cahaya lampu serta medan pandang ke langit selatan yang tidak terhalang pohon atau bangunan. Selain itu, katanya, pengamatan meteor lebih baik tanpa alat, karena mata mempunyai medan pandang yang lebih luas. "Berbahayakah hujan meteor ini? Sama sekali tidak berbahaya. Debu-debu sisa komet habis terbakar pada ketinggian di atas 80 km," pungkas Thomas.
0 komentar :
Posting Komentar