WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Perlawanan diremehkan, nelayan siap berjuang sampai mati

Rabu 27 April 2016 | 09:54 WIB
Nelayan dan hasi tangkapan nya © 2016
Jakarta, JMI - Sepekan yang lalu, ratusan nelayan di pesisir Jakarta Utara melakukan aksi penyegelan reklamasi Pulau G. Pulau milik anak perusahaan Agung Podomoro Land ini memblok kawasan pencarian ikan mereka hingga menimbulkan kerugian.

"Kebutuhan kami semakin sulit, harga bahan pokok semakin naik. Tapi kenapa rakyat ditindas seperti ini," teriak salah satu nelayan kaya menyegel pulau itu pada Minggu dua pekan silam.

Nyatanya, setelah disegel nelayan pengerjaan proyek terus lanjut. Padahal, sepekan lalu pemerintah juga telah mengeluarkan moratorium.

"Setelah demo itu, selang beberapa jam mereka balik lagi, udah aktif lagi. Pas demo emang mereka enggak ada semua, beberapa jam balik lagi ke pulau," ucap Heri nelayan Kali Adem, kepada jmi.com di perahu milik pada Senin (25/4) lalu.

Jelas pemandangan itu bikin nelayan meradang. Mereka mengancam kembali aksi jika proyek terus berjalan. Nelayan pesisir Jakarta Utara siap melawan hingga titik darah penghabisan apabila reklamasi pulau tersebut tetap dilaksanakan.

"Saya sih inginnya disuruh berhenti lagi, apabila enggak berhenti kita akan demo lagi. Bisa jadi ada kekerasan kalau memang enggak berhenti reklamasinya," lanjutnya.

Diakuinya, akhir-akhir ini ia bersama teman-teman nelayan yang lain telah susah mencari ikan. Selain terkendala oleh angin yang sangat kencang dua minggu terakhir ini, reklamasi juga jadi penyebab utama.

"Cari ikan sekarang susah, penghasilan sudah tidak mencukupi keluarga lagi. Biasanya sehari bisa dua kali berangkat, tapi karena angin kenceng dua minggu terakhir ini biasanya malem berangkat, pagi baru pulang," ungkapnya.

Sebelum adanya reklamasi pulau tersebut, Hery mengaku dapat menghabiskan bahan bakar solar untuk kapalnya sekitar 5 hingga 8 liter sekali jalan. Namun, setelah adanya reklamasi ia harus menambah biaya solar untuk sekali berangkat mencari ikan di laut.

"Yang tadinya sehari bisa 5 liter hingga 8 liter, sekarang harus lebih dari itu untuk sekali jalan, karena harus muter dulu sekitar 30 persen. Dulu sebelum ada reklamasi pulau, kerang-kerang di sini masih bagus-bagus sekitar kedalaman 3 meter dari permukaan air, tapi setelah adanya reklamasi kerangnya pada coklat-coklat gitu kan semakin berkurang juga pendapatan kita," pungkas Hery.

(Nur/mrd/red) 

Editor : Nur Subadri
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Prof H Amran Suadi Optimis Kaspudin Nor Lolos Menjadi Dewas KPK

JAKARTA, JMI – Sebanyak 146 calon Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dinyatakan lolos pada seleksi admi...