WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Percepatan Pembangunan Kilang Menuju Swasembada BBM 2023

KAMIS 28 JULI 2016 | 11:30 WIB
Kilang minyak
Jakarta, JMI - Banyak analisis yang mengatakan bahwa untuk membangun kilang, atau bahkan sekadar memodernisasi kilang kurang ekonomis. Investasi miliaran dolar, tapi untungnya tipis. Kekhawatiran itu menjadi tembok penghalang sehingga bertahun-tahun Indonesia tidak membangun kilang. Akibatnya terus bergantung pada impor di tengah permintaan yang terus naik tajam.

Untuk memenuhi kebutuhan BBM saat ini, setidaknya diperlukan kilang dengan kapasitas pengolahan sebesar 1,6 juta barel per hari. Adapun kapasitas desain kilang Pertamina saat ini di kisaran 1 juta barel per hari, dengan utilisasi sekitar 850-900 ribu barel per hari. Praktis, separuh dari kebutuhan BBM Indonesia harus diimpor, baik oleh Pertamina maupun Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Umum yang beroperasi di Indonesia lainnya.

Sementara itu, negara-negara tetangga Indonesia giat membangun kilang. Sebut saja Singapura yang memiliki kapasitas kilang sekitar 1,4 juta barel per hari, padahal konsumsinya hanya 148 ribu barel per hari. Bisa ditebak, lari ke mana kelebihan produksi BBM Singapura: Indonesia.

Fenomena ini melandasi tekad Pertamina untuk dapat melakukan percepatan-percepatan pembangunan kilang. Ketahanan energi nasional menjadi prioritas perusahaan. Disamping itu, banyak efek berganda yang ditimbulkan, seperti penghematan devisa negara, tumbuhnya pusat ekonomi baru, dan yang tidak kalah penting adalah terciptanya lapangan kerja.

Dimulai dari proyek Residual Fluid Catalytic Crackerdi Cilacap yang mulai beroperasi di penghujung 2015 dengan tambahan produksi sebanyak 30 ribu barel per hari Premium, 1.066 ton per hari LPG, dan 430 ton per hari propylene. Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang baru dimulai pembangunannya akan mengkonversi seluruh produk gasoline RU IV Cilacap sebanyak 91 ribu barel per hari menjadi RON 92 pada 2018.

Selain kedua proyek tersebut, pemerintahan Presiden Joko Widodo juga merestui Pertamina untuk mengoperasikan kembali kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), yang menambah produksi Premium sebesar 61 ribu barel per hari dan Solar sekitar 11.500 barel per hari. TPPI juga menambah pasokan LPG nasional sebanyak 480 metrik ton per hari.

RFCC Cilacap dan Kilang TPPI berkontribusi signifikan terhadap pengurangan impor Premium dan Solar. Hingga Mei lalu, impor Premium yang biasanya di atas 60% dari permintaan telah turun menjadi sekitar 50%. Bahkan, Solar yang biasanya di kisaran 20% turun menjadi hanya 1% dari permintaan.

Pertamina juga fokus menuntaskan agenda Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR). Ada empat kilang RDMP yang sedang digarap, yaitu RDMP Cilacap dan RDMP Balikpapan di tahap I, serta RDMP Dumai dan RDMP Balongan di tahap II. Keempat proyek senilai ~US$20 miliar tersebut akan menambah kapasitas pengolahan total sebesar 300 ribu barel per hari dengan kompleksitas (Nielson Complexity Index/NCI) 9 dan standard produk Euro 4.

Selain RDMP, Pertamina juga telah memulai proses untuk mewujudkan kilang baru, yaitu NGRR Tuban dan NGRR Bontang yang masing-masing kapasitasnya mencapai 300 ribu barel per hari. Pertamina telah menggandeng Rosneft untuk merealisasikan proyek NGRR Tuban. Sedangkan untuk NGRR Bontang yang merupakan penugasan pemerintah, pemilihan mitra masih dalam proses.

Dari segi tata waktunya, RDMP Balikpapan yang digarap sendiri oleh para insinyur Pertamina akan tuntas pada akhir 2019. Ini akan menjadi proyek kilang tercepat di dunia karena hanya butuh waktu tiga tahun. Percepatan-percepatan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah pola penyelesaian tahapan-tahapan proyek yang biasanya bersifat sekuensial dan lama menjadi paralel.

Dua tahun setelah RDMP Balikpapan, NGRR Tuban akan mulai beroperasi pada 2021, lalu RDMP Cilacap yang bekerjasama dengan Saudi Aramco menyusul pada tahun 2022. Pada 2023, ada tiga proyek yang akan tuntas yaitu RDMP Dumai dan RDMP Balongan, serta NGRR Bontang. Di tahun inilah, kapasitas pengolahan Pertamina menjadi 2 juta barel per hari. Maka dari itu, diharapkan Indonesia sudah mulai swasembada BBM dan menjadikan ketahanan energi nasional semakin kokoh.
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Prof H Amran Suadi Optimis Kaspudin Nor Lolos Menjadi Dewas KPK

JAKARTA, JMI – Sebanyak 146 calon Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dinyatakan lolos pada seleksi admi...