![]() |
Ilustrasi |
JAKARTA, JMI -- Bank Indonesia (BI) menilai momentum perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok harus dimanfaatkan oleh Indonesia dengan mengambil adanya keuntungan peralihan investasi dari kedua negara tersebut. BI justru beranggapa bahwa perang dagang bisa jadi momentum tepat untuk dimanfaatkan negara-negara emerging market.
Sebagaimana diketahui, perang dagang memang telah membuat perekonomian seluruh negara mengalami pelambatan. Termasuk Indonesia. Hal itu dipengaruhi oleh rendahnya kinerja ekspor dunia akibat permintaan globan yang mulai menurun.
“Kita jangan pesimis ini menjadi tren permanen. Indonesia harusnya bisa memanfaatkan dan menangkap beralihnya sebagian investasi asing ke Tiongkok ke negara lain dan menangkap diversifikasi investasi Tiongkok keluar Tiongkok,” kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara saat silahturahmi dengan awak media menyusul berakhirnya masa jabatanya di Kantor BI, Jakarta, Selasa (23/7).
Mirza menyatakan, negara berkembang lainnya disebutkan telah terlebih dahulu berhasil mengambil momentum perang dagang tersebut. Ia berharap Indonesia dapat menyusul. Salah satunya caranya dengan stimulus kebijakan dan fiskal yang menarik investor asing.
“Saat ini yang berhasil menarik investasi masuk sebagai diversifikasi itu Vietnam dan Thailand,” terangnya.
Pemerintah, kata Mirza, sejatinya telah menangkap adanya momentum investasi yang keluar dari Tiongkok. Hanya saja yang masih jadi persoalan adalah eksekusinya yang belum berhasil. Untuk mewujudkan itu, diperlukan kerjasama seluruh pihak.
“Eksekusi bukan mudah, jadi perlu dikoordinasikan pusat dan daerah. Kita harus undang investasi, tingkatkan ekspor, tingkatkan perjanjian kerjasama dengan berbagai negara,” jelasnya.
Di sisi lain, Mirza memperkirakan bahwa perang dagang antara dua negara adidaya tersebut hanya berlangsung sementara. Menurut Mirza, perang dagang hanya bagian agenda politik Presiden AS Donald Trump untuk melenggang sebagai presiden kali kedua.
“Perang dagang ini lebih kepada agenda politik Presiden Amerika. Retorika anti imigran dan barang impor dari luar amerika hanya instrumen untuk kampanye 2020,” tukasnya.
0 komentar :
Posting Komentar