JAKARTA, JMI -- Pemakaian masker sudah terbukti efektif menurunkan risiko infeksi virus dengan mengurangi penyebaran droplet pernapasan. Namun, masker standar tertinggi seperti respirator N95 sekalipun hanya menjadi sarana pelindung, bukan menonaktifkan virus.
Para
peneliti di Rensselaer Polytechnic Institute (RPI) di New York, Amerika
Serikat, tengah mengembangkan metode yang memberikan sifat antivirus dan
antibakteri pada filter masker wajah N95. Penelitian tersebut diterbitkan
dalam ACS Applied Materials & Interfaces edisi Juni 2022.
Tim
periset menemukan bahwa memasukkan bahan dengan sifat antivirus ke dalam masker
wajah meningkatkan kemampuan masker. Tidak hanya melindungi dari infeksi, namun
sekaligus memperpanjang waktu pemakaian dan dengan demikian mengurangi sampah
plastik.
Sudah
ada hasil penelitian terpisah pada periode sebelumnya yang menciptakan masker
wajah dengan aktivitas antivirus. Caranya, dengan menggabungkan bahan nano
logam yang mampu menonaktifkan virus, seperti tembaga, dalam serat filter.
Namun,
para peneliti RPI khawatir bahwa nanomaterial logam dapat terlepas dari filter
masker dan terhirup, menyebabkan toksisitas. Sebagai gantinya, peneliti
menggunakan polikation, molekul rantai panjang dengan muatan positif bersih.
Bahan
itu dipakai sebagai pengganti bahan nano logam untuk memberi sifat antivirus di
permukaan masker. Berdasarkan studi lain, polikation sudah terbukti ampuh
membunuh bakteri dan virus setelah kontak dengan menyasar membran sel.
Salah
satu penulis studi terbaru, Helen Zhadan, menjelaskan metode berbasis polikasi
yang dia kembangkan bersama tim risetnya. Metode itu memberikan sifat
antimikroba pada kain polipropilen, yang biasanya digunakan sebagai bahan
filtrasi pada masker N95.
"Proses
yang kami kembangkan menggunakan bahan kimia yang sangat sederhana untuk
membuat lapisan polimer nonpelarutan ini, yang dapat membunuh virus dan bakteri
dengan membuka lapisan luarnya," kata asisten profesor teknik kimia dan
biologi di Rensselaer itu.
Hasilnya
menunjukkan bahwa polipropilen berlapis polimer dapat menonaktifkan beberapa
virus berselubung lipid, serta bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli, saat kontak dengan masker. Aktivitas antivirus polipropilen berlapis
polimer diuji menggunakan virus yang berbeda.
Terkait
efisiensi filtrasi, para peneliti mencatat efisiensi penyaringan filter N95
menurun setelah penerapan lapisan polimer antimikroba. Namun, masalah ini dapat
diatasi dengan mengenakan masker N95 sekaligus memakai
masker berlapis polimer. Produsen masker juga dapat memakai polimer antimikroba
di lapisan luar masker N95.
Metode
pelapisan polimer yang digagas para peneliti dirancang untuk memfasilitasi
peluang komersialisasi. "Kami sengaja menggunakan pereaksi kimia, pelarut,
dan peralatan yang mudah didapat. Kami mengejar kimia dan metode
sederhana yang berpotensi untuk ditingkatkan. Saya pikir ada jalur yang layak
untuk manufaktur yang ditingkatkan dan realisasi komersial," ujar Zha.
Dekan
dari School of Engineering di Rensselaer, Shekhar Garde, menyebut metode
pelapisan polimer antimikroba sebagai "strategi cerdas" yang
serbaguna. "Mengingat banyaknya polipropilen dalam kehidupan sehari-hari,
mungkin strategi ini juga berguna dalam banyak konteks lain," tutur Garde,
dikutip dari laman Medical News Today, Jumat (1/7/2022).
Sumber : Republika.
0 komentar :
Posting Komentar